REKOMENDASI SAHAM

Deretan Saham Kinclong Kala Tapering Off The Fed Mengintai

Wella Andany | CNN Indonesia
Senin, 23 Agu 2021 06:36 WIB
Bank sentral AS The Federal Reserves berencana memperketat kebijakan moneter. Berikut saham pilihan di tengah sentimen tersebut.
Pelaku pasar domestik mengantisipasi respons Bank Indonesia terhadap kebijakan pengetatan moneter The Fed. Ilustrasi. (AFP PHOTO/Paul J. Richards).

Antisipasi Respons BI

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyebut pasar sempat melakukan aksi jual pada pertengahan pekan lalu menyusul risalah pertemuan terakhir The Fed yang berlangsung pada Juli.

Pertemuan tersebut membahas kemungkinan menghapus beberapa stimulus moneter sebelum akhir tahun ini karena ekonomi AS mendapatkan momentum pemulihan yang kuat. Namun, pejabat The Fed menegaskan bahwa tapering off tidak berarti suku bunga bakal naik dalam waktu dekat.

"Pelaku pasar khawatir The Federal Reserve dapat menghapus stimulus tahun ini, di tengah perlambatan ekonomi yang terpukul karena penyebaran covid-19 varian Delta," kata Hans.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyebut tapering off bisa saja dilakukan tahun ini sebab inflasi sudah mencapai target dan pemulihan pasar tenaga kerja juga hampir sesuai ekspektasi.

Sebagai catatan, tapering off biasanya diikuti dengan kepanikan pasar yang dikenal dengan taper tantrum. Kondisi ini dikhawatirkan pelaku pasar karena berpotensi membuat aset-aset berisiko turun dalam jangka pendek, termasuk pelemahan mata uang negara seperti rupiah.

Di sisi lain, kekhawatiran The Fed dapat memulai kebijakan moneter ketat lebih cepat mulai mereda di akhir pekan, tercermin dari pergerakan bursa Wall Street yang bergairah.

Hans menyebut pelaku pasar akan memperhatikan hasil dari Jackson Hole atau konferensi tahunan bank sentral AS yang berlangsung 26-28 Agustus mendatang.

Menurutnya, investor menunggu aba-aba Gubernur The Fed Jerome Powell terkait perubahan kebijakan the Fed. Sehingga, ia menilai pasar akan terkonsolidasi menantikan pertemuan yang hasilnya baru ketahuan akhir Agustus.

"Yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah bagaimana BI merespon kemungkinan tapering di tahun ini. BI perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan menjaga suku bunga tetap kompetitif sehingga arus modal asing tetap masuk ke Indonesia dan dapat menjaga agar rupiah tetap stabil," bebernya.

Ia memproyeksikan IHSG berpeluang bergerak dengan support di level 5.884-5.947 dan resistance di level 6.110-6.263.

Adapun saham rekomendasi Hans ialah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan area akumulasi di level 2.010-2.220. Target penguatan di level 2.310-2.420 dan area cut loss bila turun di bawah level 1.970.

Kemudian, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan area akumulasi di level 125-131. Target penguatan di level 136-149 dan area cut loss bila turun di bawah level 123.

Terakhir, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dengan area akumulasi di level 478-484. Target penguatan di level 503-513 dan area cut loss bila turun di bawah level 468.



(sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER