Kendati begitu, sambungnya, bila kasus China Evergrande tidak kunjung selesai atau tidak mendapat intervensi dari pemerintah setempat, jelas bisa memberi ancaman ke dunia, termasuk Indonesia. Dampaknya bisa ke dua hal, yaitu pasar keuangan dan perdagangan dunia.
Kenapa demikian? Pasalnya, China merupakan mitra dagang sekaligus investasi bagi Indonesia. Di pasar keuangan, Piter memperkirakan dampaknya tidak akan besar.
"Karena lembaga keuangan yang memiliki surat utang evergrande tidak banyak. Ada aturan kehati-hatian yang membatasi dan juga lembaga keuangan di Indonesia memang cenderung konservatif," jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Tapi, dampak ke perdagangan bisa saja cukup menantang. Sebab, proyeksinya, ketika krisis maka permintaan di China akan menurun, termasuk terhadap produk ekspor dari Indonesia.
"Permintaan China akan barang barang komoditas akan turun. Harga komoditas turun dan ekspor Indonesia akan turun," tuturnya.
Senada, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara juga menilai dampak risiko gagal bayar China Evegrande akan menambah ketidakpastian bagi sektor keuangan dan ekonomi sampai tahun depan.
Dampak luasnya bisa membuat target ekspor, investasi, hingga pertumbuhan ekonomi jadi turun.
Sementara di sektor riil, efeknya akan langsung terasa dari sisi persepsi investor dan perbankan terhadap sektor properti. Mereka akan lebih berhati-hati memberikan kucuran dana ke sektor tersebut, sehingga berpotensi membuat sektor ini kesulitan mendapatkan pinjaman atau kredit.
"Padahal pascapandemi, proyek properti diperkirakan kembali booming di tanah air. Kelas menengah atas yang sebelumnya menahan pembelian rumah atau apartemen mulai berani mengajukan KPR misalnya. Tapi situasi Evergrande akan mengubah banyak hal dan jadi hambatan dari ekspansi properti," ungkap Bhima.
Dampak lain tentu ke rantai pasok antara Indonesia-China, sehingga berpotensi menurunkan kinerja ekspor. Kendati begitu, Bhima mengatakan kasus China Evergrande sejatinya bisa menjadi pelajaran sekaligus 'lampu kuning' bagi BUMN Indonesia, khususnya di sektor konstruksi yang kini juga dibayangi dengan beban utang tinggi.
"Kasus Evergrande menjadi peringatan penting bahwa perusahaan swasta maupun BUMN perlu hati-hati terhadap risiko gagal bayar ketika beban utangnya naik secara tidak wajar," pungkasnya.