Tak jauh dari toko Arief ada kedai es krim yang cukup hits bernama Mad Pops. Sebelum pandemi, jumlah konsumen yang datang dan beli mencapai lebih dari 100 orang.
Saking ramainya, konsumen harus mengantre untuk membeli es krim tersebut. Antrean bahkan mengular hingga 7 meter-10 meter di luar kedai.
Kini, situasinya berbanding terbalik. Tak ada antrean sedikit pun di depan kedai Mad Pops.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, hanya terlihat dua perempuan masuk untuk membeli es krim. Tak lama kemudian, ada dua konsumen lagi yang datang untuk membeli es krim.
Salah satu staf Mad Pops Denny Sektiawan menjelaskan rata-rata jumlah konsumen hanya 15 orang per hari saat ini. Jumlahnya turun drastis jika dibandingkan dengan sebelum pandemi.
"Normal tidak pandemi, jumlah pembeli bisa ratusan. Kalau sekarang kurang lebih 15 yang datang. Ada juga yang sekadar hanya 'numpang' foto," cerita Denny.
Ia mengatakan Mad Pops sempat tutup pada masa awal pandemi, yakni Maret hingga pertengahan Mei 2020. Lalu, manajemen Mad Pops memutuskan untuk kembali beroperasi pada akhir Mei 2020 hingga sekarang.
"Kami buka lagi akhir Mei 2020, itu kosong. Agustus 2020 mulai ada yang datang tapi sepi," terang Denny.
Kejadian itu terus berlangsung sampai Juli 2021. Menurut Denny, penjualan mulai membaik pada pertengahan tahun ini.
"Sebenarnya dari Juli 2021 dari volume (penjualan) sudah lebih baik dari tahun lalu, tapi tidak ramai juga, tapi secara volume sudah terlihat bahwa sudah mulai ada aktivitas," ujar Denny.
Meski mulai ada konsumen datang, jumlahnya belum seberapa. Ia bersama staf lain terkadang masih suka 'bengong' menunggu konsumen.
Kebijakan pemerintah yang kembali membuka pintu bagi turis asing per 14 Oktober 2021 kemarin juga tak memberikan dampak signifikan untuk Mad Pops. Pasalnya, kewajiban karantina selama lima hari membuat turis asing masih 'mikir-mikir' untuk ke Bali.
Tak ayal, Denny rindu dengan situasi sebelum pandemi. Ketika itu, pengunjung tak berhenti datang meski sudah masuk jam istirahat.
"Jujur kangen banget (suasana dulu), semoga lekas membaik, meskipun tidak instan normal lagi, tapi semoga pariwisata Bali bisa pulih," kata Denny.
Ia juga menyayangkan kebijakan pemerintah yang mewajibkan masyarakat melakukan RT-PCR test terlebih dahulu untuk bepergian ke Bali. Pasalnya, hal itu berpotensi membuat masyarakat membatalkan rencananya untuk berlibur ke Bali.
"Tapi kemarin pemerintah mengurangi harga PCR test, semoga itu sedikit mengurangi kekhawatiran orang mau ke Bali, tapi saya dengar ada yang mau cancel dulu ke Bali karena harus PCR," ucap Denny.
Ia mengatakan stok es krim yang disajikan di kedai pun dikurangi karena situasi belum normal. Kalau dulu satu keranjang es krim yang disediakan di kedai berisi 1 liter, kini jumlahnya sedikit dikurangi.
"Satu keranjang es krim 1 liter, sekarang display nya tidak sampai 1 liter. Harga semua tetap sama, pasokan yang berubah," jelas Denny.
Bali memang menjadi salah satu daerah yang paling terpukul akibat covid-19. Ekonomi Bali bahkan sempat minus hingga 9,85 persen pada kuartal I 2021.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Bali minus 99,99 persen pada kuartal I 2021. Sementara, kedatangan penumpang domestik juga turun 69,36 persen.
Tak heran, tingkat penghunian kamar (TPK) atau tingkat okupansi kamar hotel berbintang anjlok 76,75 persen pada kuartal I 2021.
Kemudian, ekonomi Bali mulai bangkit (rebound) pada kuartal II 2021, yakni tumbuh 2,83 persen. Hal ini didorong oleh sektor pariwisata yang juga mulai pulih.
Program work from Bali yang pernah dilakukan sejumlah kementerian menaikkan tingkat okupansi kamar hotel di kawasan Nusa Dua, Sanur, dan Ubud. Rata-rata tingkat okupansi hotel berbintang sebesar 12,37 persen pada kuartal II 2021.
Angka itu lebih tinggi dari tingkat okupansi pada kuartal I 2021, yakni 10,13 persen dan kuartal II 2020 yang hanya 2,45 persen.
Secara keseluruhan, ekonomi nasional tumbuh 7,07 persen pada kuartal II 2021. Realisasi ini lebih tinggi dari kuartal I 2021 yang masih minus 0,74 persen dan minus 5,32 persen pada kuartal II 2020.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 3,7 persen sampai 4,5 persen sepanjang 2021. Target ini sudah direvisi beberapa kali oleh pemerintah.
Semula, target pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 4,5 persen sampai 5,5 persen. Lalu, pemerintah merevisi target ekonomi menjadi 4,5 persen sampai 5,3 persen.
Terakhir, pemerintah memasang target ekonomi mentok di level 4,5 persen tahun ini.
(agt)