Raksasa properti China Evergrande mengklaim telah menyerahkan 57 ribu unit properti kepada pembeli sepanjang Juli hingga Oktober 2021. Ini dilakukan untuk menenangkan pembeli atas kasus utang yang sedang menimpa perusahaan tersebut.
Masalah utang ini membuat Evergrande menjadi sentimen negatif kuat di antara investor dan mengguncang pasar properti negeri Tirai Bambu.
Namun demikian, perusahaan tengah berusaha bangkit dari keterpurukan. Salah satunya dengan membayar bunga yang sebelumnya diprediksi akan gagal bayar, hingga melanjutkan 10 proyek yang sebelumnya terhenti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam unggahan media sosial, perusahaan properti terbesar China tersebut mengklaim telah menyelesaikan dan menyerahkan 57 ribu unit properti baru ke pembeli.
"Menjamin penyerahan properti adalah prioritas utama Evergrande Group," tulis Evergrande dikutip dari AFP, Rabu (3/11).
Selain itu, perusahaan juga mengklaim telah menyelesaikan berbagai properti dari 184 proyek berbeda. Hingga kini, saham Evergrande naik 2,5 persen di bursa Hong Kong pada Rabu (3/11).
Evergrande masih terjebak lautan utang senilai US$300 miliar atau setara Rp4.293 triliun (kurs Rp14.310 per dolar). Namun kabar baiknya, Evergrande berhasil membayar sejumlah utang jatuh tempo dan terhindar dari potensi kebangkrutan.
Sejak krisis ini terjadi, amarah pembeli rumah, pemasok, hingga investor mulai bermunculan. Akibat kejadian ini, sejumlah pengembang properti turut mengikuti jejak Evergrande yang macet bayar cicilan.
Krisis ini tak lepas dari kebijakan pemerintah untuk menekan sektor properti yang berkontribusi hingga seperempat dari ekonomi China.
Kini pemerintah China dikabarkan menggulirkan kembali beberapa regulasi. Securities Times melaporkan bahwa bank lokal sudah mulai memberi keringanan seperti pemberian kredit bagi pembeli rumah dan pengembang atas perintah bank sentral.