LIPUTAN KHUSUS NATUNA

Jutaan Ikan, Blok Migas Natuna dan Bayang-bayang Negara Asing

CNN Indonesia
Kamis, 18 Nov 2021 12:30 WIB
Jutaan ikan yang melimpah dan blok migas di Natuna dinilai membuat kapal dari pelbagai negara asing wira-wiri di Laut Natuna.
Sumber daya perikanan di Kabupaten Natuna tergolong besar. Namun, banyak kapal-kapal ikan asing yang mengambil ikan di perairan tersebut. (CNNIndonesia/HamkaWinovan)
Natuna, CNN Indonesia --

Rustam (47), mempersiapkan perahunya yang bersandar di Pelabuhan Teluk Baruk, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, pagi itu. Ia hendak berlayar bersama rekannya, Ridwan (60) untuk lima hari ke depan.

Rustam bertindak sebagai tekong alias kapten, sementara Ridwan menjadi anak buah kapal. Mereka masih bersaudara. Rustam memeriksa mesin kapal, stok bahan bakar, dan beberapa perlengkapan navigasi.

Hari itu Rustam akan membawa kapalnya sampai ke Pulau Laut yang berada di utara Kota Ranai. Ia berlayar menempuh jarak sekitar 20 mil (32 km) hingga ke dekat garis depan perbatasan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk berlayar lima hari, Rustam mengeluarkan uang Rp1 juta. Untuk membeli solar Rp500 ribu, es batu Rp200 ribu dan perbekalan lain sekitar Rp300 ribu.

Ia sudah menjadi nelayan lebih dari 20 tahun. Rustam pun masih memakai pancing ulur dalam mencari ikan. Menurutnya, alat tangkap tradisional ini membantu menjaga kelestarian lingkungan di Natuna.

"Umumnya nelayan ini pakai pancing semua, enggak ada pakai jaring, enggak ada pakai bubu, semua nelayan ulur semua," kata Rustam kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.

Rustam sudah punya kapal sendiri, berukuran sekitar 2,5 gross tonage (GT) yang dibelinya dengan cara mencicil. 

Menurutnya, harga satu unit kapal baru bisa mencapai Rp120 juta. Lengkap dengan mesin baru, GPS, aki, radio komunikasi, dan lainnya. Ukuran kapal panjang 37 kaki, lebar 7 kaki.

Ia mengeluh dalam beberapa tahun terakhir pengeluaran sebesar itu mulai tak sebanding dengan penghasilannya. Pendapatannya minim sejak ikan di laut Natuna menipis. Ditambah pandemi Covid-19 yang membuat nilai ikan merosot tajam.

Rustam menduga berkurangnya ikan-ikan juga dipengaruhi kehadiran kapal-kapal lengkong pukat dan cantrang di sekitar perairan nelayan lokal. Meskipun demikian, kata Rustam, harga ikan mulai membaik beberapa bulan terakhir ini.

Bapak tiga anak ini satu dari ribuan nelayan yang mencari ikan di Laut Natuna. Tapi bukan hanya mereka saja yang mengambil ikan di perairan perbatasan ini, ada nelayan dari daerah lain bahkan negara asing, seperti Vietnam dan Malaysia.

Sepanjang tahun ini, ratusan kapal ikan Vietnam terdeteksi masuk ke ZEE Indonesia. Hanya sebagian kecil kapal-kapal negara tetangga itu yang tertangkap kapal patroli Indonesia.

Potensi Ikan Laut Natuna

Maraknya aksi pencurian ikan ilegal oleh kapal asing di wilayah Laut Natuna kembali mencuat. Sumber daya perikanan yang melimpah menjadi salah satu alasan nelayan asing menangkap ikan di sana.

Laut Natuna Utara, masuk dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia: WPP-RI 711, bersama dengan perairan Selat Karimata dan Laut China Selatan.

Merujuk Kepmen KKP Nomor 50 Tahun 2017 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, potensi perikanan di WPP 711 mencapai 767.126 ton.

Jika dirinci, jumlah itu terdiri dari 330.284 ton Ikan Pelagis Kecil; 185.855 ton Ikan Pelagis Besar; 131.070 ton Ikan Demersal; 20.625 ton Ikan Karang; 62.342 ton Udang Penaeid; 2.318 ton Kepiting; 9.711 ton Rajungan dan 23.499 ton Cumi-cumi.

Terkait jumlah tangkapan yang diperbolehkan, untuk Ikan Pelagis Kecil adalah sebesar 264.227 ton; 148.684 ton Ikan Pelagis Besar; 104.856 ton Ikan Demersal; 16.500 ton Ikan Karang; 49.873 ton Udang Penaeid; 1.137 ton lobster; 1.854 ton Kepiting; 7.769 ton Rajungan dan 18.799 ton Cumi-cumi.

Kepmen itu juga mencantumkan tingkat pemanfaatan ikan di WPP 711. Untuk Ikan Pelagis Kecil, tingkat pemanfaatan berada di angka 1,41 persen. Ikan Pelagis Besar 0,93 persen; Ikan Demersal sebesar 0,61 persen; Ikan Karang sebesar 1,53 persen; Udang Penaeid sebesar 0,53 persen; Lobster sebesar 0,54 persen; kepiting sebesar 1,09 persen; Rajungan sebesar 1,18 persen dan Cumi-cumi sebdae 1,84 persen.

Tingkat pemanfaatan di bawah 0,5 persen diartikan moderate, dengan kata lain, upaya penangkapan dapat ditambah. Angka di atas 0,5 persen hingga 1 persen berarti Fully-Exploited atau upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat. Sementara angka di atas 1 persen berarti over-exploited, atau upaya penangkapan harus dikurangi.

Sementara merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Natuna 2021, perikanan tangkap di Natuna lebih mendominasi baik dari segi jumlah rumah tangga usaha maupun produksi dibanding perikanan budidaya.

Jumlah produksi perikanan tangkap di laut tahun 2020 mencapai 120.583,29 ton. Dibandingkan 2019, jumlah produksi itu mengalami peningkatan. Pada 2019, tercatat produksi perikanan tangkap di laut mencapai 104.878,81 ton.

Selain perikanan tangkap, Natuna juga mencatatkan kenaikan produksi perikanan budidaya ikan laut. Pada 2019, produksi tercatat sebesar 156,68 ton, sedangkan pada 2020 tercatat produksi sebesar 3.641,29 ton.

Direktur Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Zaini mengatakan saat ini jumlah tangkapan yang diperbolehkan sekitar 625 ribu ton. Namun, kata Zaini, penangkapan ikan baru sekitar 300 ribu ton.

"Kalau misal itu 600 ribu (ton), ya sudah segitu setop. Mau enam bulan, delapan bulan (beroperasi), udah setop. Kecuali nelayan tradisional. Kalau nelayan tradisional enggak bisa dong, dia kan dapat (untuk) makan," katanya.

Zaini memastikan pihaknya bakal benar-benar mengawasi agar tangkapan ikan di WPP 711, termasuk Natuna tak melebihi 600 ribu ton. Ia mengancam bakal memberikan sanksi kepada kapal-kapal besar yang menangkap melebihi tangkapan yang diizinkan.

"Supaya teratur, terukur begitu, jumlah tangkapan yang diperbolehkan, kalau kita taat dengan jumlah itu, maka sepanjang masa berdasar teori akan sustain terus, ikan kita akan besar," ujarnya.

Migas Berlimpah di Natuna

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER