OPEC-Rusia Bakal Pompa Lebih Banyak Minyak pada Januari 2022

CNN Indonesia
Jumat, 03 Des 2021 10:40 WIB
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya sepakat untuk meningkatkan pasokan minyak pada Januari 2022. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc).
Jakarta, CNN Indonesia --

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia akan meningkatkan pasokan minyak pada Januari 2022 meski harga minyak global jatuh lebih dari 20 persen sejak akhir Oktober. 

Keputusan tersebut disepakati dalam pertemuan OPEC dan sekutu utamanya yang dikenal sebagai OPEC+, Kamis (2/12) waktu setempat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan baru.

Harga minyak mentah acuan Brent telah melonjak sekitar 70 persen sejak awal tahun. Namun, harga melandai pada November ketika Amerika Serikat dan negara-negara konsumen minyak utama lainnya sepakat untuk melepaskan jutaan barel dari cadangan strategis demi menekan harga bensin dan mencegah dorongan inflasi.

Tekanan harga semakin besar ketika kasus covid-19 melonjak di Eropa dan varian Omicron muncul sebagai potensi ancaman baru terhadap aktivitas ekonomi.

Dalam pernyataannya, OPEC+ mengatakan akan terus mempertimbangkan pandemi, memantau pasar minyak dengan cermat, dan siap untuk segera melakukan penyesuaian jika diperlukan. Kartel produsen itu juga berencana untuk menjadwalkan pertemuan berikutnya pada 4 Januari mendatang.

Kendati demikian, analis memperkirakan OPEC+ akan menghentikan kenaikan produksi 400 ribu barel per hari yang dijadwalkan untuk Januari mengingat penurunan harga yang terjadi baru-baru ini serta ketidakpastian pandemi.

Dilansir CNN, minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate yang diperdagangkan lebih tinggi pada Kamis pagi, berubah negatif usai pengumuman tersebut.

Namun, harga kembali pulih dengan kenaikan masing-masing 1 persen di sekitar US$69 atau sekitar Rp994,4 ribu (kurs Rp 14,412 ribu) dan US$66 atau sekitar Rp951 ribu per barel.

Penurunan harga minyak mentah bisa membuat OPEC dan Rusia mundur untuk saat ini. Kendati demikian, pengaruh mereka terhadap pasar minyak akan meningkat dalam jangka panjang karena bagian mereka dari produksi global meningkat.

Menurut perkiraan dari Badan Energi Internasional, OPEC dan Rusia dapat menyumbang 58 persen dari pasokan minyak global pada 2050, naik dari 46,5 persen di tahun lalu. Pasalnya, negara lain, termasuk Amerika Serikat, berinvestasi lebih sedikit dalam eksplorasi dan produksi karena pemegang saham menuntut disiplin keuangan yang lebih besar.

Selain itu, tekanan dari investor juga meningkat untuk mengurangi emisi karbon dan mengatasi krisis iklim.



(mrh/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK