Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dwi Anggoro Ismu Kurnianto mengatakan pemerintah telah menyiapkan empat strategi untuk mereduksi emisi karbon di sektor energi. Hal ini untuk mendukung Indonesia mencapai target karbon netral pada 2060.
Pertama, penerapan teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS). Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan produksi migas dan menyimpan potensi emisi sekitar 48 juta karbon dioksida.
Menurutnya, sudah ada tiga lapangan yang telah melakukan uji coba penerapan CCUS, yakni Lapangan Gundih, Lapangan Sukowati, dan Lapangan Tangguh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Ismu menargetkan penerapan CCUS di Lapangan Gundih mulai dilakukan pada 2024 atau 2025 mendatang. Ia memperkirakan karbon yang tersimpan sebanyak 3 juta ton sampai 10 ton.
Lalu, Ismu menargetkan Lapangan Sukowati bisa menerapkan CCUS pada 2022 sampai 2025. Menurutnya, potensi karbon yang tersimpan sebanyak 15 juta selama 25 tahun.
"Sementara Lapangan Tangguh ditargetkan mulai menerapkan CCUS pada 2026 dan potensi karbon dioksida yang tersimpan sebanyak 30 juta selama 10 tahun," kata Ismu, dikutip dari Antara, Jumat (3/12).
Lihat Juga : |
Kedua, pembatasan suar. Hal ini tertuang Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Gas Suar Pada Kegiatan Usaha Migas.
Beberapa poin yang diatur dalam regulasi ini, antara lain batasan suar pada kondisi operasi normal, di mana untuk lapangan minyak rata-rata harian suar rutin selama enam bulan maksimal 2 MMSCFD.
Untuk lapangan gas, rata-rata harian suar rutin selama enam bulan maksimal 2 persen feed gas. Sementara, kegiatan pengolahan migas tidak diizinkan melakukan suar rutin.
Poin-poin lainnya terkait dengan kewajiban membuat rencana pemanfaatan gas suar pada lapangan atau kilang baru, kerja sama pengelolaan gas suar, konsep pelaporan yang lebih komprehensif, dan penerapan sanksi dan pemberian penghargaan.
Ketiga, optimalisasi pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga dan transportasi, Ismu mengatakan Pemerintah telah membangun jaringan gas bumi untuk rumah tangga 2009.
"Potensi pencapaian penurunan emisi pada kegiatan ini diperkirakan sebanyak 654 ribu ton karbon dioksida pada 2024," kata Ismu.
Sementara, potensi pencapaian penurunan emisi pada kegiatan konversi minyak tanah ke elpiji tiga kilogram (kg) diperkirakan mencapai 15,39 juta ton karbon dioksida pada 2024. Lalu, pemerintah memproyeksi penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum sebanyak 178 ribu ton karbon dioksida pada 2019.
Keempat, upaya penurunan emisi metana. Ismu menuturkan saat ini Indonesia memiliki prioritas untuk membangun basis data gas rumah kaca, termasuk metana yang andal.
Menurut Ismu, basis data gas rumah kaca penting bagi pemerintah untuk membuat identifikasi yang valid dalam mitigasi metana.
Ia menambahkan upaya lain untuk mereduksi emisi karbon adalah dengan mengembangkan pedoman dalam pengukuran dan kuantifikasi emisi untuk kegiatan gas rumah kaca dan suar, peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, dan transfer teknologi terkait pengurangan emisi dari negara maju.
"Pemerintah juga membuka peluang kolaborasi dengan inisiatif pengurangan emisi metana internasional untuk mencapai penurunan emisi metana yang signifikan di sektor minyak dan gas," pungkas Ismu.
(mrh/aud)