Dalam sepekan terakhir minyak goreng menjadi barang langka di sejumlah pasar dan toko modern ritel di Indonesia.
Meski pemerintah telah memberikan subsidi minyak goreng menjadi Rp14 ribu per liter sejak awal, kelangkaan masih ditemui di berbagai daerah bahkan kota besar. Antrean warga memburu minyak goreng juga terlihat di beberapa supermarket dan mini market.
Kelangkaan minyak goreng diperparah parah dengan kemunculan kasus penimbunan yang tertangkap mulai dari Makassar hingga Sumatra Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut daftar daerah-daerah yang mengalami kelangkaan minyak goreng dan ditemukan kasus penimbunan:
Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Edy Rahmayadi geram setelah mengetahui 1,1 juta kg minyak goreng kemasan ditimbun di salah satu gudang di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.
"Di tengah kesulitan masyarakat saat ini, masih ada saja pasti oknum-oknum yang cari kesempatan," ujar Edy dalam Instagram nya, Sabtu (19/2).
Edy menduga di balik kelangkaan minyak goreng di Sumut belakangan ini, pasti ada pemain yang sengaja melakukan penimbunan. Karena itu, Edy langsung meminta Satgas Pangan melakukan penelusuran.
"Kuat dugaan saya, di balik kelangkaan minyak goreng belakangan ini pasti ada pemain di belakangnya. Karenanya saya minta Satgas Pangan melacak siapa ini pemainnya. Dan benar dugaan saya, kita akhirnya berhasil menemukan sekitar 1,1 juta kilogram produk minyak goreng kemasan yang ditimbun dalam gudang suatu produsen di Kabupaten Deli Serdang," paparnya.
Di daerah Bandar Lampung, ratusan warga yang didominasi oleh emak-emak rela mengantre dan berdesakan untuk membeli minyak goreng murah di salah satu gerai ritel modern di Jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Kedaton, Jumat (18/2).
Antrean juga terjadi di luar Kota Bandar Lampung, seperti di Desa Hajimena dan Candimas, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
Fitrinof, gerai ritel modern yang menawarkan harga minyak goreng sesuai HET menerapkan sistem bak pemilu. Setiap pembeli diwajibkan mencelupkan jari mereka dalam tinta untuk menandakan bahwa konsumen tersebut telah membeli maksimal 2 liter.
Tujuannya, agar harga minyak goreng murah diperoleh sebanyak-banyaknya warga sesuai ketersedian.
Lokasi lainnya, yakni di Chandra Superstore Tanjungkarang bersama PT Tunas Baru Lampung menggelar operasi pasar minyak goreng. Di lokasi itu, ratusan warga antre dengan tertib untuk mendapatkan minyak goreng murah.
Selain di Kota Bandar Lampung, ribuan liter minyak goreng yang digelar oleh Disperindag Kota Metro melalui operasi pasar, Jumat (18/2) pagi tadi juga ludes diserbu warga. Mulai pukul 07.00 WIB, warga Kota Metro mendatangi operasi pasar tersebut.
Mereka pun harus rela mengantre dan berdesakan untuk mendapatkan minyak goreng kemasan 2 liter Rp 28 ribu. Salah seorang warga, Rita kepada CNNIndonesia.com mengatakan sejak minyak goreng langka, ia hanya bisa mendapatkan minyak goreng hanya melalui operasi pasar tersebut.
"Ya mau bagaimana lagi, minyak goreng di pasaran sekarang ini susah didapat. Ada operasi pasar dari Disperindag Kota Metro inilah, saya dapat minyak goreng," terang dia.
Bahkan, beberapa warga di Provinsi Lampung terpaksa menggunakan margarin (mentega) untuk menggoreng makanan sebagai pengganti minyak goreng meski harganya lebih mahal.
Seorang ibu rumah tangga (IRT), Ningsih (43), warga Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan mengaku ia terpaksa menggoreng dengan margarin karena minyak goreng baik itu di warung-warung maupun toko waralaba seperti Indomaret dan Alfamart kosong.
"Karena minyak goreng langka, ya terpaksa saya pakai mentega untuk menggoreng makanan tempe dan lainnya. Sudah lima hari ini saya pakai mentega," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/2)
Ia mengatakan tidak hanya dirinya saja yang menggunakan mentega. Para ibu rumah tangga lainnya di Kecamatan Sidomulyo pun sama menggunakan mentega sebagai pengganti minyak goreng.
"Saat ini warga kesulitan mau cari dan beli kemana minyak goreng, sebab dimana-mana langka alias menghilang,"kata dia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkap penyebab kelangkaan minyak goreng di wilayahnya. Yakni, penyaluran dari distributor yang lamban.
Sebab, ia menilai pemerintah telah menggelontorkan ribuan liter ke pasar sejak penetapan satu harga minyak goreng.
"Selain karena tingginya minat masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng harga eceran tertinggi (HET), juga karena terlambatnya pengiriman barang oleh distributor," tutur Khofifah, Selasa (8/2).
Padahal, kelangkaan minyak goreng seharusnya tidak terjadi, mengingat kebutuhan minyak goreng masyarakat Jatim mencapai 59.000 ton per bulan mampu terpenuhi dengan kapasitas produksi pabrik yang mencapai 62.000 ton/bulan.
"Artinya, terdapat surplus sebesar 3.000 ton," terang dia.
Namun, kata dia, saat turun ke lapangan, justru didapati banyak toko-toko ritel modern yang juga tidak mendapatkan suplai minyak goreng bahkan sampai satu pekan.
Tentunya, kata Khofifah, kondisi ini semakin mempersulit masyarakat yang tidak bisa mendapatkan minyak goreng dengan HET yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Saya mohon kerja samanya kepada pada para distributor agar mempercepat proses penyaluran minyak goreng subsidi ke seluruh pasar, baik modern, ritel, tradisional, hingga warung-warung kecil," pinta Khofifah.
Khofifah menegaskan pentingnya rantai pasok dalam pengendalian harga minyak goreng di pasaran. Menurutnya, jika ada satu bagian yang tersendat atau bermasalah, maka hal itu akan mengganggu ketersediaan barang di pasaran.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi pun melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah titik di Jawa Timur yakni pasar di Surabaya dan distributor minyak goreng di Sidoarjo, Jumat (18/2).
Lokasi pertama yang didatangi Lutfi ialah pasar Tambakrejo. Di sana ia terkejut mendengar penjelasan para pedagang soal harga minyak goreng curah yang masih tinggi.
Pedagang mengatakan harga minyak curah goreng yang dijual di Pasar Tambakrejo Surabaya masih tinggi yakni berkisar Rp15-17 ribu per liter.