Belanja Kementerian/Lembaga Didominasi Bayar Gaji dan Tunjangan PNS

CNN Indonesia
Jumat, 24 Jun 2022 06:50 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan belanja pegawai sudah mencapai Rp101 triliun dari total belanja kementerian/lembaga yang mencapai Rp319 triliun per Mei 2022.
Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan belanja kementerian/lembaga didominasi pembayaran gaji dan tunjangan PNS. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan belanja kementerian/lembaga didominasi oleh belanja pegawai. Dalam hal ini, belanja digunakan untuk membayar gaji hingga tunjangan kinerja (tukin) Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ia menjelaskan hingga akhir Mei 2022, belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sudah terealisasi Rp319,2 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp101,1 triliun digunakan untuk belanja pegawai.

"Postur belanja didominasi oleh belanja pegawai Rp101,1 triliun," ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (23/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya belanja pegawai ini digunakan untuk dua pos yakni pembayaran gaji dan tunjangan PNS sebesar Rp67,3 triliun dan pembayaran tukin, honorarium hingga lembur PNS sebesar Rp33,8 triliun. Pembayaran gaji ini meningkat dibandingkan 2021.

"Ada kenaikan 4,7 persen belanja pegawai ini, terutama untuk gaji dan tunjangan 1,7 persen, tukin dan honor naik 11,3 persen," jelasnya.

Lanjutnya, kenaikan pembayaran gaji dan tukin ini ditopang oleh pemberian tunjangan hari raya (THR) kepada PNS pada bulan Mei lalu.

"Ini akibat THR yang tahun ini dibayarkan memasukkan 50 persen tukin sehingga ini menunjukkan ada kenaikan belanja pegawai terutama karena adanya THR," kata dia.

Sementara itu, belanja barang justru turun Rp17,2 triliun menjadi Rp109,6 triliun dari sebelumnya di akhir Mei 2021 terealisasi senilai Rp132,4 triliun. Ini terutama karena penurunan dari belanja Kementerian Kesehatan karena melandainya kasus covid-19.

"Untuk belanja barang, dari dana PC PEN sampai Mei hanya Rp25 triliun. Tahun lalu Rp38,8 triliun. Ini karena covid-19 makin turun," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(idy/sfr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER