Startup Energi Bersih Kurang Populer, Kurang dari 10 Persen di RI

CNN Indonesia
Sabtu, 09 Jul 2022 05:50 WIB
Jumlah startup yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT) diproyeksi kurang dari 10 persen dari 1.000 startup di RI.
Jumlah startup yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT) diproyeksi kurang dari 10 persen dari 1.000 startup di RI. Ilustrasi. (AFP/Roslan Rahman).
Jakarta, CNN Indonesia --

New Energy Nexus (NEX) memproyeksi jumlah perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di sektor energi baru terbarukan (EBT) hanya 10 persen dari total startup di RI.

Program Director New Energy Nexus Indonesia Diyanto Imam mengasumsikan jumlah startup di RI sekitar 1.000 perusahaan. Sementara, cuma 200-an startup yang mendaftarkan diri untuk masuk program inkubasi di Nexus.

"Kami mulai 3,5 tahun atau empat tahun yang lalu, yang mendaftar masuk program inkubasi sekitar 200-225, dari 200-an itu yang kami terima 69-70an. Kalau kami berasumsi ada 1.000 startup, berarti (jumlah startup EBT) kurang dari 10 persen," ungkap Diyanto kepada CNNIndonesia.com, Jumat (8/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Diyanto, ada tiga faktor yang membuat startup di sektor EBT masih sedikit di Indonesia. Pertama, kurang informasi mengenai hal-hal apa saja yang bisa dikerjakan.

Kedua, jumlah organisasi yang mendukung sektor EBT masih sedikit. Ketiga, belum banyak kebijakan pemerintah untuk mendorong sektor EBT.

"Karena itu hampir susah sekali dengar ada startup EBT, kecuali ada organisasi-organisasi yang membuat acara, baru terekspos bahwa ada startup yang fokus di sektor EBT," jelas Diyanto.

Dalam kesempatan yang sama, Sr Program Manager Nexus Indonesia Arif Utomo mengatakan jumlah startup EBT yang mendaftar mengikuti program inkubasi sebanyak 212 perusahaan. Namun, Nexus Indonesia hanya menerima 69 startup.

"Untuk startup yang ada di kami, kami tidak lepas begitu saja. Dari 69 startup, 5 persen di level konsep, 48 persen di post revenue, dan 33 persen growth," ujar Arif.

Beberapa startup yang mendaftarkan diri mengikuti program inkubator itu mengeluarkan produk solar panel hingga batre listrik.

Sejauh ini, Nexus Indonesia telah memberikan pendanaan kepada 16 startup. Belasan perusahaan itu disebut memenuhi syarat yang diberikan Nexus Indonesia.

Arif menjelaskan tingkat keberlangsungan startup EBT yang diberikan bantuan oleh akselerator naik 23 persen. Hal ini berdasarkan riset startup global periode 2021.

Sementara, Investment Director Yeni Tjiunardi mengakui risiko berinvestasi di startup sektor EBT tetap ada, sama seperti di startup lain. Namun, ia mengklaim investor yang menanamkan dana di startup EBT adalah mereka yang mencintai bidang tersebut.

"Yang saya lihat dari startup energi bersih, mereka cinta mati investornya. Di startup energi bersih, bisa lebih dari tujuh tahun exit nya," ujar Yeni.

Ia menambahkan bahwa mayoritas investor berasal dari institusi, bukan angel investor atau seseorang yang kaya rasa menawarkan pendanaan. "Tidak ada angel investor, tapi institusi (investor startup energi bersih)," jelas Yeni.

NEX merupakan organisasi global yang bekerja untuk mendukung wirausaha di sektor EBT melalui pendanaan, program akselerator, dan jaringan. Di Indonesia, NEX memiliki empat program, yakni launch, accelerate, fund, dan scale up.

[Gambas:Video CNN]



(aud/bir)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER