Sementara, Masyarakat yang ingin berhemat bisa mencari transportasi lain yang lebih murah. Salah satunya busway.
"Misalnya busway, KRL, MRT," ucap Andi.
Namun, masyarakat juga harus tahu konsekuensinya. Waktu yang dibutuhkan terkadang menjadi lebih lama jika tak naik ojol.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Masyarakat juga harus rela antre dan berdesak-desakan kalau naik busway atau KRL. Berbeda dengan ojol yang serba cepat dan tinggal duduk manis.
"Masing-masing punya konsekuensi. Kalau uangnya terbatas ya harus mengurangi kenyamanan, jadi tergantung kebutuhan masing-masing," jelas Andi.
Menurut Andi, masyarakat juga bisa menggunakan motor sendiri untuk bepergian atau ke kantor sehari-hari. Jika dihitung-hitung, naik motor akan jauh lebih murah ketimbang ojol.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Rencanakan Pesta Pernikahan Bebas Utang |
"Untuk jarak jauh lumayan irit," kata Andi.
Namun, membawa motor setiap hari ke kantor atau bepergian pasti akan lebih melelahkan dibandingkan naik ojol. Hal itu menjadi konsekuensi tersendiri yang harus dipertimbangkan oleh masyarakat.
"Konsekuensinya capek, lumayan irit, tapi lumayan capek juga. Konsekuensinya ada hal yang harus dikorbankan," ujar Andi.
Senada, Budi mengatakan masyarakat bisa mulai menghitung-hitung apakah naik kendaraan sendiri bisa lebih murah dan nyaman dibandingkan dengan ojol.
Lihat Juga :Edukasi Keuangan Tips Hemat Mudik di Tengah Masa Paceklik |
Jika belum punya, masyarakat bisa menghitung apakah total biaya membeli mobil atau motor lebih murah dibandingkan dengan membayar ojol. Bisa jadi justru lebih murah atau mirip-mirip.
"Misalnya setelah dihitung-hitung beli alat transportasi, perawatannya, beli BBM, bayar pajak ternyata lebih murah daripada ojol ya bisa dipertimbangkan untuk alternatif transportasi," jelas Budi.
(aud/sfr)