Konsultan mengingatkan sejumlah negara terkaya Eropa berisiko mengalami kerusuhan seperti demonstrasi dan protes di jalanan akibat lonjakan harga energi dan meningkatnya biaya hidup belakangan ini.
Mengutip Reuters, Jumat (2/9), Torbjorn Soltvedt, analis utama Verisk Maplecroft, mengatakan Jerman dan Norwegia adalah beberapa negara maju yang mulai mengalami kerusuhan akibat demo buruh. Hal serupa sudah terjadi di Inggris.
Laporan terbaru Verisk menunjukkan indeks kerusuhan sipil menemukan lebih dari 50 persen dari hampir 200 negara yang mengalami peningkatan risiko mobilisasi massa pada kuartal II dan III 2022 antara kuartal kedua dan ketiga tahun 2022, jumlah terbesar negara sejak perusahaan merilis indeks pada 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Norwegia, Jerman dan Inggris, negara lain yang berisiko mengalami protes unjuk rasa, dari damai hingga rusuh, adalah Bosnia, Herzegovina, Swiss dan Belanda.
"Selama musim dingin, tidak akan mengejutkan jika beberapa negara maju di Eropa mulai ada kerusuhan sipil yang lebih serius," kata Soltvedt.
Perang Rusia di Ukraina sejak 24 Februari telah mempercepat kenaikan harga pangan.
"Dan kami masih memiliki beberapa dampak dari pandemi covid yang berperan dalam hal ini, dengan gangguan rantai pasokan yang ada," tambah kepala analis Jimena Blanco.
Kekeringan yang menghancurkan dan tingkat air yang rendah karena perubahan iklim di banyak bagian dunia juga memperburuk harga pangan dan energi yang tinggi.
Mauritius, Siprus dan Ukraina telah mengalami peningkatan terbesar dalam kerusuhan sosial di kuartal III dibandingkan kuartal II 2022, dengan Rusia di tempat ketujuh dan Norwegia di tempat ketiga belas dari daftar.