Pasar ekuitas berkembang pesat pada 2021 dengan S&P 500 melonjak 27 persen berkat aliran uang tunai yang dipompa oleh The Fed. Tetapi ketika inflasi terjadi, The Fed mulai menaikkan suku bunga dan melepaskan mekanisme pembelian obligasi yang telah menopang pasar.
S&P 500, ukuran terluas dari Wall Street dan indeks yang bertanggung jawab atas sebagian besar 401(k)s AS turun hampir 24 persen untuk tahun ini. Tak hanya itu, Ketiga indeks utama AS juga berada di bear market setelah turun setidaknya 20 persen.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasar obligasi yang biasanya aman bagi investor ketika saham dan aset lainnya menurun, juga mengalami kemunduran. Kondisi ini juga disebabkan oleh kebijakan The Fed.
Inflasi bersama dengan kenaikan tajam suku bunga oleh bank sentral, telah mendorong harga obligasi turun yang menyebabkan imbal hasil obligasi naik.
Imbal hasil obligasi Eropa juga melonjak karena bank sentral mengikuti jejak The Fed dalam menaikkan suku bunga untuk menopang mata uang mereka sendiri.
Negara-negara di dunia dengan berjuang dengan lonjakan harga yang sebagian besar disebabkan oleh covid-19 dan gangguan perdagangan yang diciptakan oleh invasi Rusia ke Ukraina. Ketika Barat memotong impor gas alam Rusia, harga energi melonjak dan pasokan berkurang.
Namun kondisi ini juga kerap berbenturan dengan kebijakan yang ditentukan pemerintah, misalnya Inggris.
Perdana Menteri Liz Truss yang baru dilantik mengumumkan rencana pemotongan pajak besar-besaran yang oleh para ekonom. Singkatnya, pemerintahan Truss mengatakan akan memangkas pajak untuk semua warga Inggris untuk mendorong pengeluaran dan investasi dan, secara teori, melunakkan pukulan resesi.
Tetapi pemotongan pajak tidak didanai, yang berarti pemerintah harus berhutang untuk membiayainya.
Keputusan itu memicu kepanikan di pasar keuangan. Investor di seluruh dunia berbondong-bondong menjual obligasi Inggris hingga menjatuhkan poundsterling ke level terendah terhadap dolar dalam hampir 230 tahun terakhir.
Warga Inggris yang sudah berada dalam krisis biaya hidup dengan inflasi 10 persen, sekarang panik atas biaya pinjaman yang lebih tinggi yang dapat memaksa jutaan pembayaran hipotek bulanan pemilik rumah naik ratusan atau bahkan ribuan poundsterling.