Neraca Dagang RI Surplus 29 Bulan Berturut-turut

CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2022 12:14 WIB
BPS mencatat neraca dagang RI surplus US$4,99 miliar per September 2022. Dengan perkembangan ini, neraca dagang sudah surplus 29 bulan berturut-turut.
BPS mencatat neraca dagang RI surplus US$4,99 miliar per September 2022. Dengan perkembangan ini, neraca dagang sudah surplus 29 bulan berturut-turut. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar US$4,99 miliar secara bulanan pada September 2022. Dengan perkembangan ini, neraca dagang RI surplus 29 berturut-turut.

"Jadi pada September 2022 ini neraca perdagangan barang masih mencatatkan surplus sebesar US$4,99 miliar. Jadi neraca dagang Indonesia sampai September 2022 ini membukukan surplus selama 29 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," papar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers, Senin (17/10).

Menurutnya, surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$24,80 miliar atau turun 10,99 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat US$27,86 miliar. Sementara nilai impor hanya US$19,81 miliar atau turun 10,58 persen dibanding Agustus 2022 sebesar US$22,15 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekspor

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,33 miliar atau turun 21,41 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,69 miliar. Begitu juga dengan ekspor nonmigas yang turun 10,31 persen dari US$26,18 miliar menjadi US$23,48 miliar.

Berdasarkan sektor, ekspor migas turun 21,44 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 8,65 persen, industri pengolahan turun 14,24 persen, serta pertambangan naik 2,61 persen.

Berdasarkan kode HS dua digit, peningkatan ekspor tertinggi terjadi pada komoditas bijih logam, terak, dan abu; kendaraan dan bagiannya; gula dan kembang gula; buah-buahan; serta pulp dari kayu.

Di sisi lain, ekspor beberapa komoditas turun, seperti lemak dan minyak hewan/nabati; pakaian dan aksesorisnya/rajutan; besi dan baja; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya; bahan bakar mineral.

[Gambas:Video CNN]

Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas meningkat ke Bangladesh, Filipina, Bulgaria, Jerman, dan Yunani. Namun, ekspor terlihat turun ke lima negara, yakni India, Amerika Serikat, Malaysia, Belanda, dan Pakistan.

"Penurunan ekspor terbesar nonmigas terbesar ke India sebesar US$722,1 juta secara bulanan ini utamanya adalah komoditas lemak dan minyak hewan nabati, kemudian bahan bakar mineral, serta bahan kimia an organik" ujar Setianto.

Sementara, pangsa ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi ke China senilai US$6,16 miliar. Lalu, ekspor ke Amerika Serikat (AS) sebesar US$2,11 miliar, dan Jepang US$2,10 miliar.

Secara total (Januari-September 2022), nilai ekspor mencapai US$219,35 miliar. Nilai ini tumbuh 33,49 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$164,32 miliar.

Impor

Impor September (month to month/mtm) ditopang oleh migas yang tercatat US$3,43 miliar atau turun 7,44 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$3,7 miliar. Penurunan ini ditopang oleh impor komoditas minyak yang turun sebesar 6,78 persen atau volume turun 1,33 persen, gas turun 36,06 persen dan volume turun 32,82 persen.

Senada, impor non migas juga turun 11,21 persen dari US$18,45 miliar menjadi US$16,38 miliar. Penurunan ini ditopang oleh impor komoditas besi dan baja (HS 72) yang turun sebesar 25,57 persen, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) yang turun 11,45 persen, komoditas mesin mekanis dan bagiannya (HS 84) turun 6,65 persen.

Sedangkan, dibandingkan September 2021 (year on year/yoy), kinerja impor naik 22,01 persen dari US$16,23 miliar. Impor non migas naik 14,02 persen dari US$14,37 miliar menjadi US$16,38 miliar dan impor migas naik 83,53 persen dari US$1,87 miliar menjadi US$3,43 miliar.

Berdasarkan penggunaan barang (mtm), semua jenis barang mengalami penurunan impor. Impor konsumsi turun 14,13 persen, bahan baku atau penolong turun 11,07 persen, dan barang modal turun 6,39 persen.

Berdasarkan kode HS dua digit, peningkatan impor tertinggi berasal dari komoditas logam mulia dan perhiasan; kapal, perahu, dan struktur terapung; biji dan buah mengandung minyak; ampas dan sisa industri makanan; serta bijih logam, terak, dan abu.

Sementara, komoditas impor yang mengalami penurunan tertinggi adalah, besi dan baja; mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya; mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya; plastik dan barang dari plastik; bahan kimia organik.

Berdasarkan negara asal, impor meningkat dari Brasil, Hungaria, Bulgaria, Singapura, Italia. Namun, impor dari lima negara lainnya tampak turun signifikan, yakni China, Jepang, Korea Selatan, India, dan Afrika Selatan.

Pangsa impor Indonesia utamanya didominasi oleh China mencapai US$5,69 miliar atau setara 34,74 persen dari total impor Indonesia. Kemudian, diikuti oleh Jepang US$1,30 miliar dan Thailand US$910 juta.

Secara total (Januari-September), nilai impor mencapai US$179,49 miliar. Nilainya tumbuh 28,93 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni US$139,22 miliar.

(ldy/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER