Tergilas Digitalisasi, Kantor Cabang Bank Riwayatmu Kini

Mochammad Ryan Hidayatullah | CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2023 19:40 WIB
Digitalisasi membuat jumlah kantor cabang bank kian menyusut. Nasabah kini banyak melakukan transaksi lewat aplikasi yang bisa diakses melalui telepon genggam.
Digitalisasi membuat jumlah kantor cabang bank kian menyusut. Nasabah kini banyak melakukan transaksi lewat aplikasi yang bisa diakses melalui telepon genggam. Ilustrasi. (Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pagi itu sinar matahari cukup hangat, belum terlalu membakar Jakarta. Yusuf masih santai, ia tampak mulai menikmati suasana sambil menyesap rokok.

Pria berperawakan gempal itu merasa tenang karena sudah merapikan barisan sepeda motor di lapangan parkir kantor cabang PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Yusuf sudah beberapa tahun bekerja sebagai juru parkir di tempat ini.

Lapangan parkir terletak di bagian belakang gedung kantor cabang. Waktu menunjukkan pukul 10.15 pagi. Area yang berbentuk persegi ini mulai dipenuhi motor yang mejeng, hampir tiga perempatnya sudah terisi. Namun, menurut Yusuf jumlah motor yang terparkir terbilang sepi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengeluh belakangan ini jumlah nasabah yang datang ke kantor cabang mulai berkurang. Hal itu pun terlihat dari pendapatannya dari parkir yang turun.

Yusuf mengaku sekitar satu-dua tahun lalu ia bisa mengantongi Rp200 ribu lebih dari parkir. Tapi, saat ini untuk dapat setengahnya saja sulit.

"Kalau sekarang nyari Rp20 ribu saja belum tentu dapat, dulu sampe Rp200 ribuan, ampun dah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (18/1).

Yusuf menduga berkurang nasabah yang datang ke kantor cabang seiring dengan digitalisasi sistem perbankan. Ia mengungkapkan jika dulu nasabah mau bayar cicilan sepeda motor atau transaksi lainnya pasti datang ke kantor cabang.

Hari ini, nasabah hampir bisa melakukan hal-hal tersebut dari smartphone mereka. Semua dalam genggaman tangan.

Yusuf pun memaklumi kondisi ini. Menurutnya, daripada capek-capek dan buang ongkos untuk datang ke kantor cabang, mending lewat smartphone saja.

"Karena sekarang sudah zaman mbanking, jadi bisa transfer dari mana aja. Tapi ini berpengaruh juga perkiraan, jadi sepi," tuturnya.

Bergeser ke dalam kantor cabang, derit mesin cetak dan suara khas mesin penghitung uang mengudara di ruangan utama, tanda transaksi masih hidup di tempat ini.

Kendati demikian, suasana di ruangan itu jauh dari kata ramai. Tidak ada antrean, nasabah yang datang hanya tinggal mengambil nomor dan langsung menuju teller.

Tampak hanya ada lima orang nasabah yang sedang berkonsultasi ataupun bertransaksi melalui teller. Dari tiga teller yang tersedia, hanya satu teller yang terlihat sedang melayani nasabah.

Sementara, di bagian konsultasi hanya ada tiga teller yang asik berbincang dengan nasabah. Sedangkan, dua teller lainnya hanya duduk dan sedia menunggu nasabah yang akan datang mengutarakan keluhan.

Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto pun mengamini kalau kantor cabang mulai sepi. Bahkan, ia memproyeksikan transaksi di kantor konvensional akan terus menurun seiring dengan terdigitalisasinya masyarakat Indonesia.

Aestika memaparkan hingga akhir September 2022 tercatat jumlah jaringan kantor BRI berjumlah 8.629 kantor, menurun dibandingkan akhir tahun lalu yakni sebanyak 8.993 jaringan kantor.

"Ke depan, BRI akan terus melakukan penataan jaringan kerja, baik menambah atau mengurangi, agar lebih produktif dan efisien namun tetap efektif dalam memberikan layanan perbankan," imbuhnya.

Ia tak menampik bahwa sepinya kantor cabang karena banyak nasabah yang bertransformasi ke digital. Oleh karena itu, BRI pun mau tidak mau mengikuti pola transaksi nasabah tersebut.

Aestika mengklaim BRI menerapkan konsep hybrid bank dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis, serta tata kelola jaringan kerja yang memadukan digital capabilities, physical network, serta layanan financial advisor.

Ia meyakini harmonisasi ketiganya mampu menghadirkan layanan perbankan yang lebih efektif, efisien, dan terintegrasi sesuai journey customer dan masyarakat Indonesia.

Hal ini juga merupakan jurus dari bank pelat merah itu agar terus relevan dan menjaga nasabah tetap setia. Aestika mengatakan BRI telah memiliki super apps BRImo di mana telah terdapat lebih dari 100 fitur di dalamnya.

Hingga akhir Desember 2022, tercatat user BRImo sudah mencapai 23,85 juta dengan volume transaksi mencapai Rp2.669 triliun.

Di sisi lain, lanjut Aestika, saat ini BRI juga telah memiliki bank digital yakni Bank Raya sebagai digital attacker yang masuk ke ekosistem digital mewakili BRI Group. Ini juga merupakan langkah transformasi digital dari perusahaan.

Menurutnya, strategi tersebut diambil dalam rangka menghadapi era digitalisasi perbankan ditambah dengan persaingan dengan fintech. Sejak 2019, Bank Raya berhasil meluncurkan pinjaman digital melalui aplikasi digital Pinjam Tenang atau disebut PINANG.

PINANG adalah pinjaman berbasis digital yang merupakan produk pinjaman bank berbasis aplikasi.

"Aplikasi PINANG sudah fully digital dengan sistem digital verification, digital scoring dan digital signature," kata Aestika.

Saat ini, transaksi digital di BRI mencapai 98 persen dari total transaksi, sementara untuk transaksi di jaringan kantor konvensional hanya bersisa sekitar 2 persen. Hal ini kian memperteguh sepinya kantor cabang.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Kantor Cabang Bank akan Tetap Eksis

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER