ASEAN Butuh Rp406 T per Tahun Demi Capai Target Bauran Energi Hijau

CNN Indonesia
Kamis, 30 Mar 2023 19:19 WIB
Menkeu Sri Mulyani menyebut ASEAN butuh investasi US$27 miliar atau setara Rp406,12 triliun per tahun untuk mencapai bauran EBT 23 persen pada 2025.
Menkeu Sri Mulyani menyebut ASEAN butuh investasi US$27 miliar atau setara Rp406,12 triliun per tahun untuk mencapai bauran EBT 23 persen pada 2025. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim ASEAN butuh investasi senilai US$27 miliar atau setara Rp406,12 triliun (asumsi kurs Rp15.041 per dolar AS) per tahun, demi mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.

"Wilayah ini perlu menginvestasikan US$27 miliar dalam energi terbarukan setiap tahun," ujarnya di Hotel Westin, Badung, Bali, Kamis (30/3).

Bendahara negara itu menyebut sejak 2016 hingga 2021, ASEAN hanya bisa menarik US$8 miliar per tahun untuk mencapai bauran energi terbarukan. Dengan kata lain, jumlah itu masih kurang dari sepertiga target investasi US$27 miliar tadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri menuturkan negara-negara ASEAN masih sangat bergantung pada energi fosil. Pada 2019, porsi energi terbarukan dalam bauran energi di ASEAN baru mencapai 14 persen.

Adapun bahan bakar fosil yang cukup banyak dipakai dan masih menjadi andalan berbagai negara, termasuk Indonesia, adalah batu bara.

Berdasarkan catatannya, proporsi penggunaan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik di ASEAN pada 22 mencapai 32 persen. Khusus Indonesia, porsi PLTU batu bara bahkan mencapai 60 persen dari total bauran energi.

Oleh karena itu, kata Sri, penting bagi ASEAN untuk merancang peta jalan transisi energi.

Menurutnya, mekanisme dan kerangka kebijakan transisi energi yang tepat dapat disusun dengan memperhatikan beberapa tantangan. Misalnya, kebutuhan akan ketahanan energi, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi.

"Ketika kita berbicara tentang keterjangkauan, kita mengukur harga energi yang terjangkau oleh masyarakat, industri atau ekonomi, serta anggaran pemerintah, dalam hal dukungan untuk subsidi," ucapnya.

Tantangan tambahan yang perlu dihadapi untuk merancang mekanisme dan kerangka kebijakan transisi energi yang tepat adalah keterbatasan akses ke pasar modal internasional serta kurangnya mobilisasi sumber daya dalam negeri.

[Gambas:Video CNN]

(mrh/pta)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER