Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menagih janji negara maju menyumbang US$100 miliar atau setara Rp1.493 triliun (asumsi kurs Rp14.938 per dolar AS) per tahun untuk transisi energi di Indonesia.
Ani, sapaan akrabnya, menagih janji tersebut dalam gelaran Paris Summit for a New Financing Pact yang dipimpin Prancis dan India selaku Presidensi G20 2023. Menurutnya, pencairan dana transisi energi yang molor membuat berbagai proyek transisi energi terbengkalai.
"Langkah konkret dari negara maju sangat dibutuhkan untuk membantu pendanaan aksi iklim, termasuk melalui pemenuhan komitmen sebesar US$100 miliar per tahun yang hingga saat ini masih belum terpenuhi," tagih Ani seperti dikutip dari keterangan resmi Kemenkeu, Jumat (23/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan perubahan iklim tidak bisa dihadapi sendirian sehingga dibutuhkan kerja sama global. Ani menyoroti berbagai peran yang bisa dilakukan negara maju dunia, baik dari sisi pembiayaan, teknologi, dan keahlian.
"Saat ini, banyak negara berkembang memiliki keterbatasan dalam pendanaan perubahan iklim. Oleh karena itu, diperlukan dukungan sistem keuangan global, termasuk bank pembangunan multilateral dalam mengatasi kesenjangan pembiayaan (financing gap), terutama untuk negara berkembang," tegasnya.
Lihat Juga : |
Gelaran Paris Summit 2023 itu berlangsung pada 21-23 Juni 2023 di Prancis. Acara ini dihadiri berbagai kepala negara dan pemerintahan dunia, Komisi Eropa, Dewan Eropa, hingga Bank Sentral Eropa.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menagih komitmen dunia tersebut. Ia menagih komitmen pendanaan tersebut dalam KTT G7 2023 yang dihadiri pemimpin-pemimpin negara maju.
"Presiden (Jokowi) mengatakan negara berkembang meragukan komitmen negara maju, di mana hingga kini janji pendanaan US$100 miliar per tahun belum terpenuhi. Presiden menyampaikan bahwa pendanaan iklim harus konstruktif, bukan dalam bentuk utang," ungkap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers virtual, Minggu (21/5).
Sebelum di Paris Summit 2023, Sri Mulyani juga pernah mengeluhkan hal serupa pada 2021 lalu. Terlebih, komitmen negara maju itu sejatinya sudah dinyatakan sejak 2019.
Ani menyebut negara berkembang sudah berkomitmen menurunkan kadar emisi mereka sebagai upaya mencegah perubahan iklim. Namun, negara berkembang kerap terkendala pendanaan yang tidak memadai.
Oleh karena itu, negara-negara berkembang menuntut keseriusan negara maju mengucurkan dana bantuan Rp1.493 triliun tersebut, termasuk kepada Indonesia.
(skt/kid)