BPS: Kemiskinan di Perkotaan Naik karena Pengangguran Meningkat

CNN Indonesia
Sabtu, 26 Jul 2025 00:55 WIB
Terjadi kenaikan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan di Indonesia Pada Maret 225 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).
Ilustrasi kemiskinan di wilayah perkotaan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Terjadi kenaikan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan di Indonesia Pada Maret 225 menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS.

Menurut Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono salah satu penyebab kenaikan tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan karena meningkatnya jumlah setengah pengangguran.

BPS mencatat tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan meningkat sebesar 0,07 persen poin dari 6,66 persen pada September 2024 menjadi 6,73 persen pada Maret 2025.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada beberapa kondisi sosial ekonomi yang terkait dengan kenaikan kemiskinan di perkotaan, yang pertama jumlah setengah pengangguran," ujar Ateng Hartono, di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (25/7).

Setengah pengangguran adalah para pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan masih mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan lain.

Ateng mengatakan jumlah setengah penganggur di perkotaan pada Februari 2025 meningkat 460 ribu orang dibandingkan pada Agustus 2024.

Faktor lainnya adalah kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kalangan laki-laki di wilayah perkotaan dari 5,87 persen pada Agustus 2024 menjadi 6,06 persen pada Februari 2025.

"Nah laki-laki kan sebagian besar ujung tombak dalam perekonomian, dalam bekerja. Jadi, kenaikan TPT pada laki-laki ini akan berpengaruh terhadap tadi tingkat kemiskinan yang di perkotaan," ujar Ateng.

Dia menuturkan bahwa BPS juga menemukan adanya korelasi antara tingkat pendidikan kepala rumah tangga yang rendah dengan kemiskinan, terlihat dari 59,45 persen kepala rumah tangga miskin merupakan tamatan SMP atau sederajat.

"Rendahnya tingkat pendidikan ini berkontribusi tentunya terhadap terbatasnya akses mereka terhadap pekerjaan yang layak.Sebanyak 49,01 persen kepala rumah tangga miskin bekerjanya di sektor informal," ujarnya pula.

Selain itu, Ateng menyebut kenaikan harga sebagian besar komoditas pangan berdasarkan harga pasar, seperti minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih, juga menjadi faktor pendorong naiknya kemiskinan di perkotaan.

Ia menyampaikan kenaikan harga barang tersebut amat mempengaruhi daya beli rumah tangga kelompok bawah, terutama kelompok rentan miskin yang cenderung mudah turun kelas menjadi kelompok miskin jika daya beli mereka melemah.

"Di kota kan sebagian besar tidak memproduksi (bahan pangan) sendiri, sehingga kenaikan harga tentunya akan berpengaruh terhadap daya belinya, terutama untuk yang rumah tangga pada kelompok bawah ataupun miskin dan juga rentan miskin," beber dia.

(wiw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER