Harga Saham Teknologi Anjlok, Ekonom Ungkap Biang Keroknya

CNN Indonesia
Selasa, 12 Agu 2025 21:00 WIB
Ekonom menyebut saham emiten teknologi anjlok beberapa waktu terakhir karena sejumlah hal, termasuk isu negatif di perusahaan transportasi online.
Ekonom menyebut saham emiten teknologi anjlok beberapa waktu terakhir karena sejumlah hal, termasuk isu negatif di perusahaan transportasi online. (ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso).
Jakarta, CNN Indonesia --

Policy and Program Director Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) Piter Abdullah mengungkap sejumlah faktor penyebab saham-saham emiten teknologi mengalami penurunan tajam belakangan ini.

Ia menyebut penurunan yang terjadi bahkan sudah mendekati titik terendah.

"Kondisi dari saham-saham digital rontok semua. Rontoknya enggak main-main lagi, merujuknya kepada bottom," kata Piter dalam konferensi pers di Artotel Gelora Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (12/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, faktor pertama adalah tekanan akibat aliran keluar modal asing (capital outflow) yang belum sepenuhnya tergantikan oleh investor domestik. Hal ini terjadi khususnya pada saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip).

Ia mencontohkan saham bank-bank negara hingga BCA yang harganya jauh dari harga tertinggi. Menurutnya, harga saham-saham itu tidak wajar.

Faktor kedua terkait sentimen negatif yang muncul akibat isu di beberapa perusahaan transportasi online atau ride-hailing beberapa waktu lalu.

Piter mengatakan tudingan eksploitasi dan mengeruk untung luar biasa mengganggu kinerja saham perusahaan-perusahaan itu. Ia berkata jika memang ada keuntungan luar biasa, nilai sahamnya akan tinggi, tidak seperti sekarang.

Ia menegaskan industri digital merupakan sektor yang sangat padat modal dan teknologi sehingga membutuhkan biaya besar untuk investasi, perekrutan tenaga kerja, hingga pemeliharaan.

"Ini enggak kayak kita buka warung bakso, begitu kita buka, selesai investasinya, enggak. Di bidang teknologi ini mereka harus catch up dengan perkembangan teknologi. Kalau enggak, mereka tertinggal," jelasnya.

Menurut Piter, biaya operasional yang tinggi membuat banyak emiten teknologi belum mencatatkan keuntungan bersih. Kondisi ini turut memberikan tekanan besar pada harga saham mereka.

"Jangan ngitung berapa dapat per hari dari jutaan driver atau triliunan komisi. Biayanya juga demikian besar dan itulah yang menyebabkan emiten-emiten teknologi ini kebanyakan belum utuh," ujarnya.

Meski demikian, ia menilai prospek sektor ini tetap menjanjikan dalam jangka panjang.

"Kalau ada duit, bagus juga untuk kita investasi. Kita tunggu ketika mereka nanti benar-benar sudah panen. Saya kira mungkin harganya akan mulai membaik dan saat itu investasi di saham-saham emiten teknologi ini menjadi lebih menguntungkan," kata Piter.

Berdasarkan data perdagangan lima hari terakhir hingga Selasa (12/8), sejumlah saham sektor teknologi mengalami penurunan. Adapun indeks sektor teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat melemah 2,93 persen ke level 9.288.

Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) turun 2,21 persen menjadi Rp2.660 per saham dan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terkoreksi 1,54 persen menjadi Rp64 per saham.

Penurunan paling tajam terjadi pada saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang anjlok 19,77 persen ke level Rp278.250 per saham.

[Gambas:Video CNN]

(del/dhf)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER