Wamen Stella: Riset Bisa Sumbang Triliunan Rupiah untuk Ekonomi
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menilai riset dan inovasi dari perguruan tinggi dapat memberi dampak besar pada perekonomian nasional.
Ia mencontohkan kontribusi Stanford University yang disebut menyumbang 18 persen terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS).
"Teman-teman bisa bayangkan, 18 persen itu hampir 20 persen. Jadi, kasarnya, satu dari lima orang yang menghasilkan ekonomi di Amerika Serikat itu asalnya dari Stanford University," kata Stella dalam acara Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Smesco Convention Hall, Jakarta Selatan, Sabtu (23/8).
Ia memaparkan Stanford University setiap tahun menghasilkan nilai ekonomi sekitar US$2,7 triliun atau setara Rp43.823,7 triliun (asumsi kurs Rp16.231 per dolar AS) dengan 5,4 juta lapangan kerja dan 40 ribu perusahaan.
"MIT (Massachusetts Institute of Technology), US$2 triliun atau Rp32 kuadriliun per tahunnya. 4,6 juta pekerjaan, 30 ribu perusahaan. University of Kansas juga menghasilkan US$7,8 miliar atau Rp127 triliun per tahun dengan 88 ribu pekerjaan," ujarnya.
Menurut Stella, universitas tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga penggerak inovasi yang berdampak nyata terhadap ekonomi.
"Universitas memacu pertumbuhan ekonomi secara real. Ini angka-angkanya. Luar biasa," katanya.
Ia menambahkan jika kontribusi perguruan tinggi di Negeri Paman Sam digabungkan, dampaknya sangat besar terhadap perekonomian negara itu.
Fenomena serupa juga terjadi di negara lain. Stella mencontohkan China, di mana klaster inovasi dan teknologi menyumbang 13,4 persen dari total produk domestik bruto (PDB) meski hanya menggunakan 2,5 persen lahan konstruksi.
"Di situ universitasnya di Beijing Tsinghua University yang nomor satu penyumbangnya," ujarnya.
Stella menyebut potensi yang sama juga dimiliki perguruan tinggi di Indonesia. Dalam 10 bulan terakhir, ia bersama timnya mengunjungi 34 universitas di 17 provinsi untuk melihat langsung inovasi yang dikembangkan.
"Setiap kali saya ke situ, saya tidak memberikan kuliah umum, tetapi saya harus belajar dan mendengarkan apa yang sudah dilakukan oleh universitas-universitas kita dari seluruh pelosok Indonesia," tuturnya.
Ia menilai riset lokal yang digarap perguruan tinggi di berbagai daerah dapat menjadi penggerak ekonomi nasional jika ekosistem yang mendukung berhasil dibangun.
"Ini sangat menarik sekali yang kita pelajari. Luar biasa, kekayaan. Bukan saja kekayaan bumi kita, tetapi juga kekayaan orang-orang kita di seluruh pelosok Indonesia," kata Stella.
(del/dmi)