Purbaya Sebut Permintaan Rumah Melemah, Singgung Kredit BTN Rendah
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai rendahnya penyerapan dana pemerintah oleh Bank Tabungan Negara (BTN) menjadi sinyal melemahnya permintaan di sektor perumahan.
"Alhamdulillah saya sebar di lima bank Rp200 triliun itu di Mandiri, BRI, BNI, BTN, BSI rata-rata penyerapannya sudah lumayan deh, kecuali BTN baru 19 persen, uangnya akan saya pindahin ke tempat lain nanti," ujar Purbaya dalam Rapat Kerja dengan Komite IV DPR RI, Jakarta Pusat, Senin (3/11).
Purbaya mengungkapkan dari total Rp200 triliun dana pemerintah yang ditempatkan di lima bank Himbara, realisasi penyaluran kredit baru mencapai Rp112,4 triliun atau sekitar 56 persen per 30 September 2025.
Rinciannya, Bank Mandiri menyalurkan Rp40,6 triliun dari total penempatan Rp55 triliun (74 persen), BRI Rp33,9 triliun (62 persen), BNI Rp27,6 triliun (50 persen), BTN Rp4,8 triliun (19 persen), dan BSI Rp5,5 triliun (55 persen).
Purbaya menyebut BTN menjadi satu-satunya bank dengan tingkat penyerapan rendah dan hal itu menunjukkan lemahnya aktivitas ekonomi di sektor properti.
"Tapi katanya pertamanya dia bilang, 'Kami akan serap,' malah kurang, ternyata baru segini dia serap. Ini menggambarkan demand di sektor perumahan lemah sebetulnya, jadi saya pikir, 'Waduh gawat kita nih,'," katanya.
Ia menjelaskan lesunya penyaluran kredit perumahan tak bisa dilepaskan dari daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.
"Mungkin itu kan perlu ekonomi jalan dulu baru pelan-pelan dia tumbuh, jadi kita enggak bisa paksa orang beli rumah atau pinjam rumah ketika income-nya enggak jelas," tutur Purbaya.
Meski demikian, Purbaya optimistis kondisi tersebut bersifat sementara. Ia memperkirakan pemulihan pendapatan masyarakat akan mulai terasa pada tahun depan.
"Dengan gerakannya seperti ini harusnya income akan balik secara bertahap, 2026 saya pikir income dari sektor perumahan akan kembali sehat lagi," ujarnya.
Secara keseluruhan, Purbaya menilai kebijakan penempatan dana pemerintah di bank Himbara mulai menunjukkan hasil positif.
Data Kementerian Keuangan mencatat uang beredar primer (base money) tumbuh 13,2 persen pada September 2025. Menurutnya, hal ini menandakan likuiditas di sistem keuangan mulai meningkat dan mendukung aktivitas ekonomi nasional.
(del/dhf)