OBAT AIDS BUATAN INDONESIA

Indonesia Punya Obat AIDS Buatan Dalam Negeri

CNN Indonesia
Jumat, 22 Agu 2014 12:54 WIB
Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Indonesia kini bisa sedikit lega karena obat Antiretroviral (ARV) jenis Efavirenz sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Obat yang dibuat PT Kimia Farma ini sudah beredar di beberapa rumah sakit di tanah air.
Jakarta, CNN Indonesia -- Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di Indonesia kini bisa sedikit lega karena obat Antiretroviral (ARV) jenis Efavirenz sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Obat yang dibuat PT Kimia Farma ini sudah beredar di beberapa rumah sakit di tanah air.

“Kami mendapat laporan monitoring ARV kemarin yang mengatakan jika ARV jenis Efavirenz yang diproduksi Kimia Farma sudah ada di RS Fatmawati,” kata Irwandy Widjaja dari LSM Indonesia AIDS Coalition, dalam keterangan tertulisnya yang diterima CNN Indonesia, Jumat (22/8).

Menurut Irwandy, ini merupakan kabar gembira bagi ODHA di Indonesia. Dengan adanya ARV produksi lokal, Indonesia bisa memutus mata rantai ketergantungan obat ARV dari luar negeri. Dan persoalan seperti ARV tertahan di Bea Cukai bisa dihindari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adanya ARV buatan dalam negeru merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh komunitas ODHA, karena obat ARV jenis Efevirenz sebenarnya sudah sejak tahun 2007 diamanatkan oleh pemerintah untuk dibuat produksinya di dalam negeri oleh PT Kimia Farma.

Tahun 2004 adalah kali pertama Indonesia mengeluarkan Perpres mengenai pelaksanaan paten oleh pemerintah untuk dua jenis ARV. Tahun 2007, Perpres serupa juga ditandatangani dengan menambahkan satu jenis regimen obat ARV.

Tahun 2012, kembali pemerintah Indonesia membuat gebrakan dengan mengeluarkan Perpres nomor 76 tentang Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah terhadap Obat Antiviral dan Antiretroviral yang memuat 7 jenis obat ARV bisa diproduksi di dalam negeri meskipun masa paten dari pemiliknya belum berakhir. Langkah tersebut membuat Indonesia dijadikan contoh bagi negara-negara lain.

Berkat ARV, epidemi AIDS di Indonesia pelan-pelan mulai bisa dikendalikan dalam konteks mengurangi tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV dan AIDS. Sejak tahun 2006 pemerintah berkomitmen untuk memberikan pengobatan ARV secara gratis kepada siapa saja orang dengan HIV (ODHA) yang membutuhkan terapi pengobatan ini.

Saat ini, angka kesakitan dan kematian akibat HIV dan AIDS terus menurun jika dilihat dari tahun 2006 ketika pemerintah mulai memberlakukan program pemberian obat ARV dengan gratis. Jika pada tahun 2006 yang lalu angka kematian pada ODHA mencapai angka 11 persen, namun di tahun 2014 ini sudah menurun di tingkat 0,4 persen. Ini keberhasilan yang baik dan perlu ditingkatkan kedepannya.

Obat jenis Efavirenz ini adalah obat ARV jenis keempat yang bisa diproduksi oleh PT Kimia Farma. Tiga lainnya adalah jenis lamivudine, zidovudine dan nevirapine. Untuk jenis lain dan juga obat ARV golongan lini 2 masih impor.

Selama ini, mayoritas obat ARV yang dibutuhkan ODHA di Indonesia masih obat impor dari India. Kerap kali dalam proses pembelian obat impor ini mengalami keterlambatan yang menyebabkan obat ARV terlambat didistribusikan di rumah sakit-rumah sakit.

Yang masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ sekarang adalah bagaimana menurunkan harga obat produksi lokal, karena saat ini obat produksi lokal harganya masih 3-4 kali lebih tinggi dari obat generik impor.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER