Jakarta, CNN Indonesia -- Meski Indonesia telah berhasil memproduksi obat Antiretroviral (ARV) jenis Efavirenz, masalah harga masih menjadi kendala. Harga obat ARV bisa empat kali lipat lebih mahal ketimbang obat ARV impor.
“Kami menyambut baik. Artinya negara sudah bisa memproduksi ARV di dalam negeri, meski masih ada beberapa hambatan,” kata Irwandy Widjaja dari LSM Indonesia AIDS Coalition, saat dihubungi CNN Indonesia di Jakarta, Jumat (22/8).
Salah satu hambatan yang dirasakan yaitu mahalnya harga ARV buatan dalam negeri dibanding dengan ARV yang biasa diimpor. Selisih harganya bisa mencapai tiga hingga empat kali lipat, meski Orang dengan HIV-AIDS (ODHA) bisa memperolehnya secara gratis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Irwandy, hal ini terjadi karena tingginya pajak yang diberlakukan pada alat-alat kesehatan. Di Indonesia, alat-alat kesehatan masih masuk kategori barang mewah.
“Padahal kalau kita bisa memproduksi ARV yang lebih murah, kita bisa mengekspor ke negara-negara lain. Keuntungannya kan juga untuk negara,” ujar Irwandy menjelaskan.
Berdasarkan laporan yang diterima Irwandy, ARV jenis Efavirenz buatan lokal sudah tersedia di RSUP Fatmawati. Dia berharap nantinya obat ARV lokal ini bisa didistribusikan ke berbagai daerah di seluruh Indonesia.