Jakarta, CNN Indonesia -- Mulai tanggal 1 hingga akhir bulan September, jemaah haji Indonesia mulai diberangkatkan ke Tanah Suci. Selain persiapan khusus untuk menghadapi panasnya cuaca, ancaman MERS CoV dan Ebola yang sudah banyak dibicarakan, calon jemaah haji juga perlu melakukan persiapan secara umum.
Pertama, para jemaah haji harap memeriksakan kesehatan secara rinci ke dokter yang biasa dikunjungi atau dokter terdekat. Tujuannya agar dapat dideteksi kemungkinan penyakit dan masih ada waktu untuk mengatasinya.
Persiapan kedua, jika jemaah haji memang memiliki penyakit kronis dan memerlukan obat secara teratur, agar dapat membawa persediaan obat yang dibutuhkan selama di Tanah Suci. Selain itu, untuk persiapan ketiga, jika menurut dokter yang biasa menangani di Tanah Air seorang jemaah haji memiliki masalah kesehatan, maka agar tidak lupa meminta surat keterangan dokter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini untuk diserahkan ke dokter kloter nantinya,” kata Prof Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes), dalam keterangan tertulisnya yang diterima CNN Indonesia, Senin (1/9).
Tjandra menjelaskan lebih lanjut, jika sudah tahu siapa dokter kloter atau dokter rombongan (untuk ONH plus), maka dari sekarang bicarakan dengan dokter tersebut tentang masalah kesehatan Anda, tentunya dengan membawa surat dari dokter yang sebelumnya merawat Anda.
Persiapan keempat adalah dengan melakukan olahraga teratur, seperti jalan kaki sebanyak 3-4 kali per minggu. Hal itu karena dalam perjalanan haji nantinya minimal ada empat rute jalan kaki yang cukup jauh, yaitu tawaf, sai, jalan dari hotel atau pondokan ke masjid, dan jalan dari kemah di Mina ke tempat melontar jumroh.
“Belum lagi kegiatan jalan kaki lain, misalnya ziarah atau mungkin saja berbelanja. Jadi harus dibiasakan berolahraga,” tutur pria yang pernah menjadi Ketua Team Wasdal Kesehatan Haji 2013.
Persiapan kelima, jika jemaah haji berangkat bersama orangtua yang berusia lanjut, apalagi yang memang sudah sakit, maka harus melakukan persiapan lebih rinci seperti pengetahuan tentang menyewa kursi roda atau kemungkinan ikut safari wukuf dan lainnya.
Persiapan keenam, mulai mengenal dan mempelajari tentang fasilitas dan pelayanan kesehatan yang ada di Arab Saudi pada musim haji. Mulai dari petugas kesehatan kloter, pelayanan kesehatan di sektor, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), ataupun lokasi RS Arab Saudi.
Sedangkan persiapan ketujuh, agar para jemaah haji juga dapat mempelajari situasi kesehatan atau wabah penyakit yang mungkin muncul di musim haji kali ini. Amat dianjurkan untuk mulai sekarang untuk menyediakan waktu membaca berbagai tulisan tentang situasi penyakit di Arab Saudi pada musim Haji.
“Tujuh persiapan di atas adalah persiapan umum, selain masing-masing 5 langkah yang sudah saya sampaikan terdahulu, untuk menghadapi suhu yang bisa sampai 40 C, mencegah kemungkinan terjangkit MERS CoV serta penjelasan tentang penyakit EBOLA,” ujar Tjandra.