Jakarta, CNN Indonesia -- Penilaian makanan oleh Rebecca Burr menjadi penantian para koki. Evaluasinya bisa membawa air mata bagi pelaku industri makanan atau malah meningkatkan karier juru masak.
Rebecca Burr merupakan editor Michelin Guide untuk Inggris dan Irlandia. Ia misterius karena ketika ia menilai suatu makanan, tidak ada yang tahu jika ia sedang menilainya.
Memenangkan bintang Michelin merupakan mimpi para juru masak. Sementara bagi restoran, memenangkan tiga bintang merupakan suatu prestasi yang luar biasa. Namun, bila mendapatkan nilai buruk dari Michelin itu berarti bencana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
11 Tahun lalu juru masak Perancis Bernard Loiseau bunuh diri karena takut restorannya mendapatkan dua bintang dari Michelin. Bahkan Gordon Ramsay pun menangis ketika restorannya di New York kehilangan bintang dari Michelin.
Penilaian Michelin dianggap sangat kredibel karena penolakannya menerima uang dari restoran-restoran.
Awalnya, kakak beradik Andre dan Edouard Michelin membuat panduan gratis untuk mempromosikan perusahaan ban mereka. Kemudian, pada tahun 1926 kakak beradik ini berfokus pada bidang hotel dan restoran.
Mereka mengirim inspektur dan membuat sistem nilai dengan bintang.
Pada 1956, panduan untuk Italia diperkenalkan, kemudian pada 1974 panduan untuk Inggris dibuat. Michelin kini memproduksi 27 panduan di 23 negara, dengan 50 ribu penilaian tentang hotel dan restoran.
Inspektur Michelin anonimInspektur Michelin anonim, mereka tidak terlihat. Proses penilaian yang dilakukan Burr berlangsung sangat rahasia. Namun kemudian perempuan ini bisa ditemui dalam sebuah ruangan rapat.
Ia berambut gelap dan sangat feminin. “Saya memulai karier di Michelin sejak 1999,” katanya. Inspektur Michelin tersebar di 120 negara. Mereka makan sekitar 250 makanan dalam setahun dan menghabiskan 160 malam di hotel.
Mereka tidak terlalu punya waktu untuk keluarga atau kehidupan sosial. Burr tidak punya anak. “Namun saya punya pasangan yang sangat pengertian,” ujarnya.
“Ada kalanya kami ketahuan. Bila kami mendapat makanan lebih dari yang kami pesan, tetapi meja lain tidak diperlakukan demikian, itu artinya sudah ketahuan,” katanya.
“Ketika panduan Inggris dan Irlandia dimulai pada 1974, hanya ada 26 bintang. Saat ini, kami telah berhasil mengumpulkan 150 bintang,” katanya. Makanan dan atmosfer restoran sudah banyak berubah.
Semakin banyak yang menyajikan makanan dalam piring kecil, harga yang lebih terjangkau dan lebih tidak formal.
Ia mengakui maraton menu dengan juru masak sombong tidak selalu menjadi ide yang bagus. “Kadang kami bertanya pada juru masak, 'Apakah Anda pernah duduk di meja dan makan semua makanan yang kamu masak itu?’
Karena akan perlu waktu yang sangat lama untuk menghabiskan menu yang terdiri dari 20 makanan, bahkan terkadang sampai 30,” katanya.
Ia juga tak masalah dengan produk lokal. “Tidak masalah dari mana makanan itu berasal. Yang terpenting, produk itu dalam keadaan bagus,” ujarnya. Penilaian untuk satu sampai dua bintang terdiri dari kekuatan teknik dan makanan khas.
Sementara kenaikan dari bintang dua ke tiga adalah soal pengalaman saat memakan hidangan tersebut.
Hal lainnya yang menjadi pertimbangan adalah biaya. “Harganya harus sepadan. Ada mitos yang beredar mengatakan restoran berbintang tinggi harganya selalu mahal. Beberapa memang iya, tetapi tidak semua,” katanya.
Meski sudah banyak panduan online, Burr tetap yakin panduan Michelin akan terus bertahan.
“Michelin menawarkan panduan yang membuat orang tidak perlu mencari panduan dari berbagai situs. Lagipula kami punya pembaca yang setia. Dan saat ini kami juga tengah menarik kaum muda,” katanya.