Jakarta, CNN Indonesia -- Sacha Stevenson (32) mungkin tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bule asal Kanada ini mulai tenar karena video yang diunggahnya ke YouTube.
How to Act Indonesian dan
5 tips Anti Ribet, beberapa banyolan Sacha tentang kebiasaan orang Indonesia.
Tak jarang, humornya itu membuat penonton mengangguk setuju atau berpikir ulang. Ide-ide tersebut Sacha dapat dari pengamatannya langsung terhadap kejadian sehari-hari di sekitarnya.
"Sebenarnya saya tidak bermaksud mengkritik, tetapi hanya ingin menyajikan humor yang didapat dari kehidupan sehari-hari di Indonesia," kata Sacha saat diwawancarai CNN Indonesia melalui telepon, Selasa (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide Sacha bisa berasal dari mana saja. Obrolan ringan soal politik dengan teman dan pasangan jadi modal baginya untuk membuat video yang penuh humor.
"Suami saya tiap hari nonton berita dan sering mendiskusikannya dengan saya. Saya juga suka membaca berita dari media sosial dan jadi terinspirasi membuat video dari sana," ujarnya.
Hadapi hater rasisVideo berani Sacha yang mengangkat kebiasaan negatif orang Indonesia tak luput dari kecaman
hater. Beberapa komentar rasis bahkan pernah ia terima.
"Bisa dilihat, mereka berkomentar rasis seperti 'Pulanglah ke negeri asalmu!'" kata Sacha dengan nada santai.
Namun, Sacha mengaku tak memusingkan komentar para
hater. "Ya, ini adalah bagian dari hidup
YouTuber. Apapun yang diunggah pasti ada komentar negatif," tuturnya.
Baginya, komentar negatif itu wajar. Namun, ia menyayangkan masih adanya komentar rasis dari masyarakat Indonesia.
"Rasisme masih jadi isu besar di negeri ini. Misalnya, saat pemilu kemarin, rasisme masih digunakan untuk menyerang salah satu kandidat," katanya. Namun, di luar itu, ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran dan pengetahuan akan budaya baru.
"Di Indonesia sistemnya berbeda. Harus tahu kapan saatnya bicara, cium tangan, serta menggunakan bahasa tertentu," ucapnya.
Iming-iming IndonesiaDi satu sisi, videonya juga menjadi bahan belajar bagi orang asing yang ingin datang ke Indonesia. Apa yang ditampilkan Sacha bagaikan iming-iming bagi mereka.
"Saya mendapat banyak respons positif dari orang asing. Banyak yang komentar ingin pindah ke Indonesia setelah melihat video saya," uajrnya.
Ia menambahkan, "Siapapun yang datang ke Indonesia pasti mengerti mengapa saya mau tinggal di sini. Dari video saya, orang asing itu malah berpikir Indonesia itu menyenangkan dan tidak berbahaya."
Bagi Sacha sendiri, Indonesia bagai rumah. Meski tak suka dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan dan menyogok, Sacha merasa senang bergaul dengan orang Indonesia.
"Jakarta mungkin tak terlalu indah dibandingkan kota lain, tetapi saya suka orang-orangnya yang sangat bervariasi. Jakarta sangat menarik, orang jenis apapun ada di sini," kata Sacha.
Berwisata di Indonesia juga jadi lebih mudah. Harga tiket pesawat dan akomodasi cenderung lebih murah dibandingkan Kanada. Mau berwisata lewat jalur darat pun mungkin dilakukan.
"Saya pernah naik bus ekonomi ke Medan, naik kereta api sampai ke Bali. Kalau di Kanada, hal ini agak sulit dilakukan," ujar perempuan yang menetap di indonesia sejak usia 19 tahun ini.
Kepeduliannya terhadap Indonesia bahkan membuat dirinya lebih mahfum hukum Indonesia daripada Kanada. "Saya belajar banyak soal kehidupan di sini," ujarnya.
Generasi muda yang beraniBerdasarkan pengamatan Sacha, dewasa ini, generasi muda Indonesia lebih berani mengutarakan pendapatnya. Maraknya media sosial membuat mereka lebih mudah mengungkapkan ekspresi dan opininya akan sesuatu. Kritik tajam pun bisa lebih mudah tersampaikan.
"Generasi muda terlihat ingin melakukan perubahan," katanya. Terutama, mengubah pola pikir masyarakat akan tindakan koruptif.
"Dulu saya pernah mengobrol dengan kaum muda. Menurut mereka, orang-orang yang korupsi itu seharusnya diganti saja dengan kaum muda yang bisa membawa perubahan," kata Sacha kemudian tertawa.
Menurutnya, korupsi telah menjadi masalah nasional yang menjangkiti segala bidang. "Dari pejabat, polisi, sampai pengendara sepeda motor melakukan praktik korupsi," ujar Sacha prihatin.
Di sisi lain, ia juga melihat sisi baik orang Indonesia. Menurutnya, orang Indonesia suka bercanda. "Mungkin karena tertekan beban kerja yang tinggi dan macet yang parah mereka jadi melampiaskannya dengan bercanda. Inilah mengapa saya suka orang Indonesia," ujar Sacha, kemudian mengakhiri pembicaraan.