SUSAHNYA BERHENTI MEROKOK

Setop Rokok Tak Semudah Balik Telapak Tangan

CNN Indonesia
Rabu, 05 Nov 2014 07:32 WIB
Berhenti merokok bukan hal mudah. Efek nikotin sering membuat usaha pecandunya gagal dan kembali ke kebiasaan lama. Tapi, itu bukan tak mungkin.
Ilustrasi merokok (Getty Images/Bruno Vincent)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan bos maskapai Susi Air yang kini menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, sempat ramai diperbincangkan di jagat maya. Kebiasaan buruknya mengisap rokok menjadi perkara. Susi pun jengah, lantas memutuskan setop merokok.

Tapi berhenti merokok bukanlah hal mudah. Efek nikotin seringkali membuat usaha pecandunya gagal dan kembali ke kebiasaan lama. Meski begitu, sulit bukan berarti tidak mungkin.

“Niat berhenti merokok harus ada. Kalau sudah ada akan terasa mudah,” ujar Tribowo Tuahta Ginting, psikiater dari Klinik Berhenti Merokok RSUP Persahabatan, Jakarta, saat berbincang dengan CNN Indonesia, Rabu (5/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tribowo, berhenti merokok memang sulit dilakukan bagi orang yang belum memiliki niat. Ditambah lagi, ada beberapa faktor yang makin menyulitkan usaha perokok untuk berhenti.

Yang terberat adalah efek balikan atau juga disebut sakaw rokok. Biasanya ditandai dengan gejala menyiksa, seperti lemas, sakit kepala, tidak bisa konsentrasi, dan gelisah. Kondisi ini terjadi karena tubuh telah terbiasa terpapar nikotin dari produk tembakau.

Secara kimia nikotin memang membuat otak merasa nyaman, waspada, dan berpikir lebih baik. Ketika paparannya dihentikan, otak menjadi ‘lapar’ dan menimbulkan efek balikan.

Namun secara normal sebenarnya tubuh juga memproduksi zat-zat yang sifatnya seperti nikotin. Ketika seseorang berhenti merokok, tubuhnya akan mulai beradaptasi.

Alasan apapun merupakan angin positif. Entah keluarga, kesehatan, peraturan di kantor, yang penting ada niat untuk berhenti merokok.Tribowo Tuahta Ginting


“Seminggu atau paling lama sebulan, efek balikan akan hilang dan kerja otak pun menjadi lebih baik tanpa rokok,” ujat dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Faktor penghambat lain adalah genetik. Dijelaskan Tribowo, beberapa orang memiliki kromosom tertentu yang membuatnya lebih gampang mencandu rokok.

Selain itu, kebiasaan merokok di saat-saat tertentu, lingkungan sosial, dan perasaan negatif juga menjadi penyebab sulitnya perokok untuk berhenti.

“Kalau niat banget, satu hari bisa berhenti merokok. Tapi ada juga yang sampai dua atau tiga bulan program baru berhasil. Tapi kalau karena terpaksa, biasanya akan balik merokok lagi,” kata Tribowo menuturkan.

Alasan berhenti merokok

Kesehatan dan terserang penyakit menjadi alasan utama perokok menghentikan kebiasaannya. Bisa karena penyakit yang dialami sendiri atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Penyakit yang mampu mengalahkan perokok misalnya penyakit jantung, stroke, atau kanker.

Alasan kedua adalah keluarga. Beberapa pria berhasil berhenti merokok saat dikaruniai seorang anak. Permintaan orang-orang terkasih juga jadi cara ampuh membujuk perokok menghentikan kebiasaannya.

Faktor lain misalnya keuangan, pengaruh peringatan gambar seram di bungkus rokok, dan juga peraturan di tempat kerja yang menyulitkannya untuk merokok.

“Alasan apapun merupakan angin positif. Entah keluarga, kesehatan, peraturan di kantor, yang penting ada niat untuk berhenti merokok,” tutur Tribowo.

Jika sudah ada niat yang kuat, Tribowo mengatakan ada tiga tahapan berhenti merokok yang bisa dijalani. Pertama, berhenti merokok secara langsung dan total. Kedua, bertahap dengan mengurangi jumlah rokok yang diisap setiap harinya.

Dan terakhir dengan sistem tunda. “Kalau biasa merokok pagi jam 5 atau 6, ditunda waktunya setelah makan siang atau jam 12 siang. Lama-lama bisa berkurang dan berhenti,” kata Tribowo.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER