Jakarta, CNN Indonesia -- Memiliki bayi memang membahagiakan, namun memiliki bayi juga berarti memiliki banyak pengeluaran. Ini yang membuat banyak pasangan memutuskan untuk tak memiliki bayi. Dilansir dari
The Atlantic, seiring resesi ekonomi yang terjadi di Amerika, arus peredaran uang pun semakin berkurang. Tak cuma uang yang berkurang, jumlah bayi pun ikut berkurang.
Sebuah studi yang dipublikasikan September lalu mengatakan, setengah juta bayi lahir saat negara mengalami resesi ekonomi. Untuk menekan tingkat kelahiran bayi, para pria memutuskan untuk melakukan vasektomi (pembedahan minor untuk menghentikan aliran sperma ke alat kelamin pria). Para pria banyak melakukan operasi ini sekitar tahun 2007-2009.
Penelitian yang dimuat dalam Weill Cornell Medical College ini menganalisis sekitar 9000 responden pria. Berdasar hasil ini ditemukan, bahwa tahun 2006 dan 2010 adalah tahun di mana jumlah populasi keluarga berkembang pesar. Sebelum terjadi resesi, pria yang mau melakukan vasektomi hanya berkisar 3,3 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan saat resesi ekonomi, persentasenya cenderung meningkat sampai 4,4 persen. Hal ini berarti sekitar 150.000-180.000 orang di Amerika melakukan vasektomi.
Berlalunya resesi, ternyata tak membuat responden lainnya (yang belum melakukan vasektomi) mengubah pandangannya tentang menambah momongan. Karena setelah resesi, para pria ini juga belum tentu mendapat pekerjaan ataupun asuransi kesehatan dari kantornya, tak jarang mereka juga memiliki gaji yang di bawah rata-rata.
Ini tak berarti kalau mereka tak ingin memiliki anak, hanya saja mereka lebih ingin tak punya anak terlalu banyak pascaresesi.
Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Olga Khazan tersebut. Dalam penelitiannya, Olga mengatakan bahwa resesi berkorelasi dengan pria yang melakukan vasektomi dan penurunan jumlah kelahiran.