Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam masyarakat yang terobsesi akan teknologi bagaimana kita bisa tahu bahwa kita bukan salah satu diantara mereka yang kecanduan media sosial. Alex Soojung-Kim Pang, Ph.D., pakar teknologi dan penulis The Distraction Addiction, menyebut beberapa gejala seperti dikutip
Huffington Post. Yakni:
1.Anda senang menata segala sesuatu agar terlihat menarik saat mengirimkannya via Instagram. Apakah saat memasak Anda meluangkan waktu lebih untuk menata makanan agar tampak indah saat di foto? Jika kondisi seperti ini telah terjadi mungkin ada saatnya Anda harus berhenti dan cuti dari media sosial. “Ketika Anda mulai menata-nata hidup agar lebih indah terlihat di Twitter atau Instagram, itulah saatnya Anda harus mundur sejenak,” kata Pang. “Pikirkan tentang kemana Anda hendak pergi atau apa yang hendak Anda lakukan dan bagaimana itu tampak bagus di media sosial akan menurunkan kemampuan untuk jadi diri sendiri,” katanya melanjutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Anda tak tahan untuk sekadar menyapu atau mencat kuku tanpa menceritakannya ke media sosial.Ada orang yang gemar berbagi setiap detail dalam kehidupan mereka. Tapi bisa jadi orang itu adalah Anda sendiri. “Membuat twit tentang apa yang sedang Anda lakukan dan merasa harus melaporkannya saat itu juga adalah tanda-tanda media sosial telah menguasai Anda,” kata Pang.
Pang mengingatkan cuma ada 24 jam dalam sehari. Semakin banyak waktu yang Anda gunakan untuk berbagi dengan teman Anda tentang apa yang Anda lakukan semakin sedikit waktu untuk Anda sendiri menemukan mengapa kita menyukai kegiatan itu.
3. Anda terlalu peduli tentang hubungan-hubungan Anda dengan orang lain.“Tanda-tanda besar lain kecanduan media sosial adalah saat Anda dengan kompulsif ingin tahu status Anda di jajaran ’teman’ media sosial Anda,” kata Pang. Anda juga tergolong punya kecanduan akan media sosial jika terlalu peduli akan kehidupan pribadi orang lain dengan melacaknya lewat Facebook. “Ironisnya media sosial, meski sangat hebat tetap menghubungkan dengan kehidupan teman-teman Anda, terlalu terikat akan media sosial bisa mengaburkan gambaran besar kehidupan kita dan kemampuan merasakan kehidupan pribadi itu,” kata Pang.
4. Anda mengukur kesuksesan atau kebahagiaan dengan jumlah teman di media sosial. Membaca kisah promosi teman, pertunangan mereka dan liburan mewah di media sosial bisa menimbulkan perasaan cemburu dan ketidakmampuan, baik Anda akui atau tidak. Faktanya menghabiskan banyak waktu di media sosial akan menimbulkan citra tubuh yang buruk pada wanita, kecemasan bahkan kehancuran persahabatan dan hubungan asmara. “Seperti menjaga persahabatan, Anda juga berhak bahagia atas diri Anda sendiri, Anda butuh cuti dari hubungan-hubungan itu,” kata Pang.
5. Anda merasa cemas jika tak punya akees ke media sosial lewat ponsel.Apakah Anda gemar membuka Facebook saat berhenti di lamp merah, atau saat bicara dengan reman Anda? Apakah Anda segera me-
refresh Twitter begitu bangun tidur atau menjelang tidur?
“Semakin sering Anda muncul di media sosial, semakin sedikit materi yang bisa Anda bicarakan langsung dengan orang lain,” kata Pang. Pikirkan hal ini: berapa banyak percakapan dengan orang-orang sekitar karena mata Anda hanya tertuju pada layar ponsel?
Bagaimana mundur dari media sosialPang menganjurkan mengurangi penggunaan media sosial tidak dilakukan dengan tiba-tiba. “Jadwalkan waktu menggunakan media sosial tiap hari pada saat yang sama dan hanya di saat itu saja,” kata Pang. Saat mengirimkan status juga batasi hanya pada cerita hidup Anda, bukan pada segala hal yang terlintas di pikiran Anda.
Setelah berhasil dengan eksperimen pembatasan waktu, batasi juga akses Anda. “Tantang diri Anda untuk tidak berkunjung ke media sosial dalam satu minggu penuh. Sangat menantang, jika Anda berani hapus Twitter, Instagram dan Facebook dari ponsel Anda selama sepekan,” kata Pang. “Apakah hidup Anda jadi lebih baik atau lebih buruk? Bisa jadi Anda malah merasa hidup Anda sempurna karenanya,” kata Pang.
(utw/utw)