Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak obat kuat dipalsukan. Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sepanjang November 2013 hingga Agustus 2014 menyebut, bahan obat kuat banyak ditemukan di obat tradisional yang dijual di jalanan.
Kepala BPOM, Roy A. Sparringa menjelaskan, banyaknya obat tradisional dengan kandungan itu disebabkan permintaan yang tinggi. Pasokan di lapangan pun meningkat. Padahal, itu berbahaya bagi konsumen.
Sosiolog Universitas Indonesia, JF Warouw menjelaskan fenomena di balik itu. Dihubungi CNN Indonesia, Jumat (5/12) ia mengatakan, konsumen perkotaan memang lebih 'membutuhkan' dampingan obat kuat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar orang di kota memang mengalami masalah yang berkaitan dengan seksual," ujarnya menegaskan. Ada setidaknya tiga hal yang menyebabkan itu.
Pertama, kata Warouw, banyaknya racun yang membekap perkotaan. Toksin yang tinggi seperti polusi, dapat menurunkan gairah seksual. Akibatnya, masyarakat merasa membutuhkan obat sebagai pengganti itu. Yang dicari, tentu saja obat vitalitas.
"Orang kota mengenal
dopping. Itu dianggap seperti suplemen untuk meningkatkan stamina. Karena orang kota stres, tidak sehat," Warouw menuturkan. Bukan hanya vitamin sehari-hari yang dicari, tetapi juga obat kuat penambah stamina pria.
Dijelaskan Warouw, secara seksual pria kota memang berbeda dengan di desa. "Pria kota itu lebih suka artifisial," ucapnya.
Faktor kedua penyebab orang kota lebih butuh obat kuat, adalah intensitas hubungan. Di kota, kata Warouw, orang lebih intens berhubungan satu sama lain, terutama antar pria dan wanita.
"Hubungan orang lebih dekat secara seksual, sehingga butuh
dopping obat vitalitas," Warouw melanjutkan lagi.
Faktor ketiga, fenomena stres di kota-kota besar. Banyaknya tekanan pekerjaan dan racun perkotaan mendorong orang lebih stres dibandingkan mereka yang hidup dalam bekapan udara segar. Itu juga berpengaruh menurunkan gairah serta vitalitas seksual.
(rsa/mer)