Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah gagal membuat masakan saat masih kecil, tak lantas membuat dirinya kapok memasak. Rasa keingintahuan dan kecintaannya pada memasak ternyata membuahkan hasil di kemudian hari.
Baca juga : Chef Marinka: Bolu Kukus Saya Bantat SemuaDi usianya yang ke-17, Maria Irene Susanto atau yang akrab disapa Marinka, dikirim ke Australia untuk menempuh studi bidang desain di Jurusan Art & Design KvB Institute. Waktu luangnya, diisi dengan memasak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecintaannya pada memasak tak berhenti disitu. Usai membereskan kuliahnya, Marinka memilih untuk tetap tinggal di Negeri Kangguru sembari belajar lebih dalam mengenai dunia kuliner di sekolah memasak Le Cordon Bleu, Sydney. Banyak orang beranggapan tempat ini adalah salah satu sekolah memasak terbaik di dunia.
Setelah menyelesaikan studi, Marinka mengatakan banyak tawaran menggiurkan yang ditujukan padanya untuk menjadi
executive chef di berbagai restoran. Namun ia menolaknya.
"Saya tahu menjadi seorang
chef itu pasti
no life. Pasti ga ada habisnya mengejar karir," kata Marinka kepada CNN Indonesia, Rabu pekan lalu.
Dalam dirinya, Marinka menempatkan keluarga sebagai prioritas utama. Ia tak mau waktu untuk keluarga tersita banyak akibat sibuk bekerja. Akhirnya ia memilih jalan tengah, memulai merintis karis di dunia kuliner sebagai
celebrity chef.Pilihan berkarir di bidang kuliner ini sempat membuat orang tua-nya ragu. "Sampai akhirnya mereka melihat perjuangan saya dan melihat kemampuan saya, akhirnya mereka juga mendukung pilihan saya," kata pengagum Chef Vindex Tengker ini.
Wajahnya mulai kerap menghiasi layar kaca seiring maraknya acara-acara bertema kuliner pada medio 2008. Karena kemampuan juga paras cantiknya, nama Marinka makin melejit saat ia didapuk menjadi salah satu juri di acara kuliner bergengsi, Masterchef Indonesia.
Chef Marinka mengaku tak pernah menyesal dengan pilihannya terjun ke dunia kuliner bukan sebagai chef di restoran atau hotel. Dara berusia 34 tahun ini menilai dirinya sendiri sebagai orang yang akan mengikuti
passion.
"Memasak memang
passion saya, saya menyukainya," kata perempuan yang hobi mendengarkan lagu-lagu dari Diana Krall ini.
"Kerjaan apapun juga kalau sesuai passion pasti akan dijalani dengan gembira. Kalau kita ikuti
passion, uang juga mengikuti kita," ucapnya.
Cita-cita yang belum terwujudMeski kini namanya sudah dikenal banyak orang, Marinka masih memiliki impian yang belum terwujud. "Cita-cita saya dari dulu ingin jadi pebisnis tapi di saat yang sama saya bisa masak untuk keluarga saya," tuturnya
"Saya ingin punya kafe di mana saya tinggal di atasnya, jadi kerja bisa di rumah. Pokoknya kalau bisa kerja ga usah keluar rumah," katanya menambahkan.
Keinginan itu sempat coba diwujudkannya. Sekitar tahun 2005, ia membuka kafe Warung Telor Ceplok di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan. Namun usaha itu tidak bertahan lama. Ia mengaku terlalu tergesa-gesa saat memulai usaha itu.
"Jadi salah pemasaran, salah lokasi juga," kata penyuka nasi goreng kambing ini.
Saat ditanya apakah dulu usahanya tidak laku karena namanya belum setenar saat ini, Marinka menjawab santai. Dalam hal usaha makanan, ia tidak peduli dengan ketenaran namanya sekarang. Ia juga mengatakan tidak tahu bila sekarang membuka restoran akan laku atau tidak.
"Saya tidak mau orang datang karena asal tenar, saya ingin orang datang karena memang butuh untuk datang ke tempat saya," ucap dara kelahiran 1980 itu.
Saat ini Chef Marinka masih disibukkan dengan agenda Masterchef. Namun perlahan ia menyempatkan diri untuk mewujudkan keinginannya memiliki sebuah restoran. Disela-sela aktivitasnya, ia tengah mempersiapkan berdirinya restoran yang menyajikan menu-menu sehat ala Chef Marinka.
(utw/utw)