Jakarta, CNN Indonesia -- Di awal 2013, Liam Davies, 19, merayakan semarak tahun baru dengan teman-temannya di pulau yang menjadi nirwana bagi para turis mancanegara, Gili, Lombok, Indonesia. Di sebuah bar di Lombok, dia menegak minuman beralkohol. Remaja asal Perth, Australia itu lalu diduga mengalami keracunan metanol.
Dia dilarikan ke rumah sakit setempat untuk perawatan. Liam yang tak berdaya diterbangkan ke negerinya, Australia, untuk dirawat di Rumah Sakit Sir Charles Gairdner Hospital, Western Australia.
Namun, para dokter di sana pun angkat tangan, nyawa Liam tak terselamatkan. Minuman beralkohol mengandung metanol itu mencabut nyawanya. Dilaporkan oleh laman News Australia 7 Januari 2013, Liam 'pergi' dikelilingi oleh keluarga dan para sahabatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keluarga Liam membuka suara, menjawab rasa penasaran publik Negeri Kangguru itu. “Remaja 19 tahun yang menyenangkan dan penuh kasih mewakili negaranya untuk tergabung dalam (tim olahraga) lacrosse.
Mimpinya adalah bepergian ke luar negeri melihat dunia. Keluarga, pihak yang paling terpukul atas kepergian Liam, mendesak warga Australia berhati-hati saat bepergian. “Kami ingin orang sadar dengan minuman buatan karena Anda tidak bisa memastikan kualitasnya.”
Metanol adalah bahan kimia beracun yang kadang ditambah ke minuman murah, agar minuman tersebut lebih beralkohol. Tewasnya Liam karena minuman beralkohol oplosan di Lombok bukan yang pertama.
Sebelumnya, tokoh rugby Perth Michael Denton tewas di Bali. Hasil otopsi menyebut keracunan metanol sebagai penyebab kematian atlet itu. Laman News Australia juga menyebut remaja Sydney kehilangan penglihatan, koktail dicampur metanol adalah pengantaranya.
Efek keracunan metanol bervariasi, dari muntah, sakit kepala, dan nyeri lambung, koma, gagal hati, dan kasus terekstrem kematian. Kebutaan juga umum terjadi. Mulai dari bertahan beberapa jam, sampai menyebabkan kerusakan permanen.
Yayasan L.I.A.MMaret 2013, Lhani dan Tim Davies, orang tua Liam, remaja yang tewas akibat mengonsumsi minuman alkohol bermetanol di Gili, Lombok, itu mendirikan yayasan L.I.A.M.
Organisasi yang memakai nama putranya itu didirikan oleh Lhani dan Tim Davies sebagai organisasi internasional yang berdedikasi memberikan layanan pendidikan dan pelatihan pencegahan keracunan alkohol kepada masyarakat dan komunitas medis di Indonesia.
L.I.A.M bekerjasama dengan Methanol Institute (MI). MI merupakan asosiasi perdagangan yang bertanggungjawab mempromosikan penggunaan dan pengembangan metanol secara global.
Metanol merupakan bahan kimia industri, dan sumber bahan bakar alternatif ramah lingkungan yang penting. November 2013, MI dan L.I.A.M bekerjasama untuk mengatasi dan menghentikan insiden keracunan alkohol oplosan metanol di Indonesia.
Dikutip dari laman Methanol Institute, pada 20 Agustus 2014 lalu, kedua organisasi tersebut mengumumkan pembentukan Community Education Program (CEP).
Program pendidikan masyarakat itu digodok untuk dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali. Program berbasis masyarakat itu dilaksanakan di 28 desa dan 24 puskemas di Bali.
Program ini tidak hanya menyasar masyarakat umum, tapi juga tenaga kesehatan, dan produsen arak. Mereka akan dibekali ilmu tentang bahaya keracunan alkohol, di mana bisa saja metanol ditambahkan pada minuman beralkohol resmi, atau terbentuk akibat penyulingan tidak tepat.
Tim MI-L.I.A.M juga bekerjasama dengan para produsen minuman beralkohol tradisional Indonesia (arak). Bagaimana arak dapat diproduksi dengan teknik penyulingan aman, untuk memastikan hilangnya metanol sepenuhnya selama proses penyulingan.
(win/mer)