Jakarta, CNN Indonesia -- Anda barangkali salah satu dari orang-orang yang pernah menyantap makanan kaleng, seperti sayuran kalengan. Bisa jadi Anda mengonsumsi sayuran yang dikemas dalam kaleng agar tekanan darah terjaga.
Namun, sebetulnya Anda bisa melakukan cara yang lebih sehat daripada menikmati sayuran dalam kaleng. Makanan atau minuman dalam kaleng dilapisi dengan Bisphenol-A (BPA). Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Heart Association, hal tersebut meningkatkan risiko hipertensi.
Seperti dikutip dalam laman Prevention, para peneliti Korea mengukur konsentrasi BPA dalam kemih dan tekanan darah 60 orang dewasa. Sebelumnya, mereka diminta mengonsumsi susu kedelai kalengan yang lapisannya mengandung BPA, dan susu kedelai dalam kemasan botol kaca.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menegak minuman kalengan, konsentrasi BPA pada urin peserta melejit hingga 1600 persen. Sementara itu, tekanan darah mereka melompat naik rata-rata lima poin, dibanding dengan peserta yang minum susu kedelai dalam botol.
Hubungan BPA dan tekanan darah belum dipahami sepenuhnya. Namun, para ahli menduga hal itu ada hubungannya dengan sifat kimiawi hormon yang meniru.
“Reseptor estrogen tubuh berperan memperbaiki pembuluh darah dan mengontrol tekanan darah,” kata Yun-Chul Hong, penulis studi sekaligus ketua departemen kedokteran dan Direktur Pusat Kesehatan Lingkungan di Seoul National University College of Medicine di Korea Selatan.
“Tapi BPA menunjukkan afinitas (daya tarik-menarik) terhadap reseptor estrogen, dan bisa mengubah fungsinya dengan memblokir atau meniru aksi estrogen.”
Susu kedelai dipilih oleh para peneliti dalam penelitian mereka. Sebab, susu kedelai dikenal memiliki efek menurunkan tekanan darah. Namun, produk makanan kaleng, seperti kacang-kacangan, sup, atau saus tomas kalengan biasanya mengandung BPA. Jadi, tak ada alasan tekanan darah memiliki efek berbeda setelah menegak susu kedelai kalengan.
Memilih makanan segar bagaimana pun adalah cara terbaik menjaga kesehatan. Alih-alih memilih makanan dalam kaleng, produk makanan dalam kemasan kaca jauh lebih baik.
Karena, meskipun pada produk makanan kalengan tertera tulisan 'bebas BPA', berarti mengandung BPA pengganti, beberapa penelitian melihat efek buruk yang sama seperti makanan dalam kaleng pada umumnya.
BPA adalah zat kimia yang sudah digunakan untuk membuat plastik dan resin epoksifenolat sejak 1957.
Sekitar 3,6 juta ton BPA digunakan oleh produsen setiap tahun untuk membuat berbagai barang konsumsi, seperti botol susu bayi dan botol minum, peralatan olahraga, CD dan DVD, serta untuk keperluan industri, seperti lapisan pipa air.
Sementara, resin epoksifenolat yang mengandung BPA digunakan sebagai pelapis bagian dalam kaleng makanan dan minuman.
(win/utw)