Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun baru sudah di depan mata. Berbagai isu kesehatan sempat menghebohkan dunia di 2014, salah satunya virus mematikan Ebola. Lantas apa yang akan menjadi catatan besar dalam dunia kesehatan tahun 2015 nanti?
Dilansir
Vox, Jumat (26/12), berikut beberapa isu kesehatan yang akan menjadi agenda di tahun depan:
1. Resistansi terhadap antibiotik diprediksi lebih cepat mematikan dibandingkan dengan kanker jika tidak diatasi dengan cepat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belakangan ini Anda pasti sering mendengar tentang
antimicrobial resistance atau bisa dikenal dengan restistensi obat. Kondisi ini terjadi ketika mikroorganisme penyebab penyakit kebal terhadap obat yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tersebut. Hal itu menggambarkan bahwa saat ini telah terjadi krisis antibiotik yang efektif.
Menurut penelitian yang dilakukan, berkembangnya bakteri dan virus dan perlahan-lahan menolak obat-obatan yang sengaja dibuat untuk melawan mereka memang hal yang wajar.
Namun dalam beberapa dekade ini, para peneliti telah mempercepat evolusi mereka dengan menggunakan antimicrobial secara berlebihan ketika mereka tidak membutuhkannya, dengan cara tidak melengkapi resep yang telah ditentukan untuk pengobatan dan dengan melanggar peraturan pengendalian infeksi di rumah sakit di mana bakteri yang melawan antibiotik ini dapat menyebar dengan mudahnya.
Sebenarnya pada masa lalu, para peneliti sudah menemukan obat-obat baru ketika obat-obat lama dinilai tidak efektif lagi. Sayangnya, strategi ini tidak berkelanjutan, sejak tahun 1987 hingga saat ini tidak lagi ditemukan jenis antibiotik baru.
Hal tersebut menjadi menakutkan ketika ternyata begitu banyak penyakit yang bergantung pada antibiotik. Tidak hanya luka, sakit tenggorokan, atau penyakit seksual yang menular yang membutuhkan antibiotik. Banyak perawatan medis kontemporer yang bergantung pada antibiotik untuk menghentikan infeksi, seperti pengobatan kanker, transplantasi organ, atau penyembuhan dari operasi berat lainnya yang membutuhkan antibiotik.
2. Histeria Ebola berakhir, tapi tahun 2015 bukan saatnyaHisteria Ebola memang sudah mereda, namun bukan berarti isu kesehatan ini tidak menjadi perhatian lagi. Tahun ini dilihat sebagai tahun terburuk perkembangan wabah Ebola karena untuk pertama kalinya virus mematikan ini tersebar luas ke berbagai penjuru dunia. Tidak akan mudah untuk menyelesaikan epidemi ini.
Mewabahnya Ebola juga membawa dampak terhadap keadaan ekonomi di Afrika Barat yang kini dalam kondisi yang memprihatinkan. Orang-orang telah kehilangan pekerjaan mereka, anak-anak tidak lagi pergi ke sekolah, yang lebih memprihatinkan telah terjadi kekurangan pangan yang meluas.
Wabah Ebola telah menyebabkan kerusakan yang tak terhingga terhadap sistem kesehatan di Guinea, Liberia dan Sierra Leone. Ratusan dokter dan perawat meninggal, padahal negara-negara tersebut pun tidak memiliki banyak tenaga kesehatan untuk mengatasi wabah ini.
Selama krisis Ebola, orang-orang yang terjangkit belum mendapatkan perhatian kesehatan rutin yang mereka butuhkan, seperti imunisasi dan perawatan kehamilan. Melihat kondisi ini, komunitas kesehatan global pun merasa perlu untuk mengendalikan dampak dari epidemi ini, terlebih lagi pada tiga negara yang paling terkana dampak yang sampai sekarang masih belum teratasi.
Sebenarnya, tahun 2015 ada sebuah titik terang untuk menanggulangi Ebola. Perusahaan obat berlomba untuk mengembangkan vaksin dan terapi, sehingga tahun depan mereka bisa mengeluarkan obat untuk menanggulagi Ebola.
Faktanya, sampai saat ini ada lebih dari selusin obat Ebola yang masih dalam pengembangan, namun sejauh ini belum ada yang terbukti bisa digunakan manusia atau disetujui untuk dijual. Kondisi ini merupakan masalah besar mengingat virus Ebola sudah ditemukan sejak tahun 1976 dan telah diabaikan oleh industri farmasi.
3. Pengganti Millennium Development GoalsTahun 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan 193 negara anggotanya akan mengajukan sebuah
roadmap baru dalam pembangunan internasional untuk menentukan Sustainable Debelopment Goals yang baru.
Roadmap ini akan menggantikan Millenium Development Goals yang telah digunakan sebagai acuan untuk prioritas bantuan yang diberikan oleh luar negeri. Kerangka pembangunan baru tersebut akan diinformasikan oleh PBB melalui proses konsultasi yang secara global.
Dalam 25 tahun terakhir, dunia memang telah benar-benar berkembang pesat. Mungkin tidak ada bidang pembangunan internasional lain yang mengalami kemajuan seperti bidang kesehatan global yang telah mewujudkan tiga dari delapan Millennium Development Goals.
Selain itu, jumlah pendanaan dalam bidang kesehatan global juga telah mengalami peningkatan. Dari US$ 5,82 miliar pada tahun 1990 menjadi US$ 31,3 Miliar pada 2013. Beberapa isu kesehatan pun telah membaik sejak 1990, seperti kematian anak yang telah mengalami penurunan sebesar 47 persen, angka kematian ibu sebesar 45 persen, dan penyebaran HIV-AIDS, malaria dan penyakit lainnya juga mulai menurun.
4. Gagal menghadapi perubahan iklimKini, desakan untuk mencari tahu bagaimana mengatasi perubahan iklim muncul lebih banyak. Saat ini gas rumah kaca telah meningkat, dan tingkat emisinya pun terus naik. Menurut Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan, kondisi ini merupakan masalah kesehatan global.
"Bukti ini luar biasa. Perubahan iklim membahayakan kesehatan manusia. Sebenarnya solusinya sudah ada dan kita harus bertindak tegas untuk mengubahnya,” katanya.
Mungkin tahun 2015 akan membawa perubahan. Sebuah perjanjian baru yang mengikat secara hukum telah disiapkan dalam badan tertinggi Konvensi Perubahan Iklim, Conference of The Parties (COP) 21, yang diharapkan akan menggantikan sebagian besar Protokol Kyoto yang dianggap tidak berhasil.
Namun apakah kesepakatan baru yang akan dibuat ini bisa benar-benar menurunkan tingkat gas rumah kaca? Hal ini pun masih menjadi perdebatan. Pasalnya, selama ini, negosiasi perubahan iklim belum bisa dinilai sukses, jika hanya dilihat dari capaiannya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah perjanjian internasional benar-benar memiliki banyak berpengaruh? Sebuah tinjauan mengenai 90 evaluasi dampak kuantitatif yang dilakukan beberapa waktu lalu menunjukkan perjanjian tersebut memiliki hasil yang beragam.
Bagaimanapun kondisi ini harus berubah. Karena jika kesepakatan politik dalam COP 21 yang dilaksanakan di Lima pun akan sepenuhnya dilaksanakan, tidak akan sanggup untuk mencegah tingkat pemanasan global yang akan menyebabkan efek bencana, menurut para ilmuwan.
5. Pengobatan berbasis bukti akan menjadi lebih berdasarkan buktiIni merupakan fakta yang sangat menakutkan tentang obat masa kini. Orang yang bekerja di bidang perawatan kesehatan tahu benar bahwa banyak hasil uji klinis yang dilakukan tidak pernah menemukan titik terang.
Jika peneliti tidak menyukai hasil yang mereka dapatkan atau perusahaan obat menemukan kesimpulan yang tidak menyenangkan, data tersebut tidak akan dipublikasikan. Itu artinya orang-orang yang menggunakan berbagai obat-obatan dan perangkat pengujian, tidak akan pernah tahu tentang data tersebut. Ini berarti seluruh bukti dasar untuk obat menjadi berat sebelah.
Selama bertahun-tahun, para peneliti sudah sedikit putus asa terhadap masalah ini. Dan kabar baiknya adalah bahwa mereka akhirnya mendapatkan momentum, dengan beberapa kemenangan yang memiliki potensi besar di tahun depan.
Dalam rencana baru yang diusulkan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika bulan lalu, para peneliti yang menjalankan uji klinis akan didaftarkan dalam
database uji klinis terbesar di dunia, yaitu
clinicaltrials.gov. Dalam waktu tiga minggu sejak mendaftarkan studi pertamanya, mereka juga harus melaporkan ringkasan hasil dari uji klinisnya, apa pun hasilnya. Rencananya, jika ini disetujui, database tersebut akan dikembangkan lagi.
Selain itu, hasil laporan Institute of Medicine terhadap data percobaan klinis akan dipublikasikan setiap tahun baru. Hal ini diharapkan dapat dijadikan petunjuk yang sangat penting tentang bagaimana hasil uji klinis disampaikan pada pasien.
Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan waktu yang panjang. Hal ini membutuhkan kerjasama seluruh sektor, seperti regulator, komunitas ilmiah, universitas, jurnal, maupun industri farmasi. Tapi mencari tahu bagaimana untuk mengungkap bahwa publikasi uji klinis dapat meningkatkan setiap keputusan medis adalah hal yang perlu dilakukan.
(mer/mer)