PSIKOLOGI MANUSIA

Mengendalikan Fobia Naik Pesawat Terbang

Windratie | CNN Indonesia
Senin, 29 Des 2014 21:18 WIB
Kecelakaan pesawat adalah peristiwa besar yang tidak hanya membawa duka tapi juga trauma mendalam. Tidak hanya bagi keluarga tapi juga orang-orang lain.
ilustrasi pesawat (Fuzz/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pencarian menemukan AirAsia QZ8501 masih terus dilakukan. Sementara, keluarga para penumpang pesawat AirAsia QZ8501 terus menanti dalam kecemasan. Doa yang tak putus terus diberikan untuk keselamatan keluarga mereka.

Kecelakaan pesawat adalah peristiwa besar yang tidak hanya membawa duka tapi juga trauma mendalam. Tidak hanya bagi keluarga tapi juga orang-orang lain pada umumnya. Terlebih mereka yang sering memakai jasa penerbangan.

Menurut psikolog Ratih Ibrahim kepada CNN Indonesia, terminologi trauma sendiri adalah luka emosi. Trauma sendiri bisa terjadi karena pengalaman langsung seseorang atau pengalaman tidak langsung. “Bisa saja karena pesawatnya mengalami petaka sehingga menimbulkan trauma, atau karena melihat pengalaman orang lain dari menonton televisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecemasan-kecemasan itu bisa saja berkembang sebagai fobia.”   Trauma menurut Ratih adalah hal yang bisa dipahami, sesuatu yang bisa diterima. Namun, tidak semua orang yang melihat pengalaman buruk bisa menjadi trauma.

Sementara, fobia adalah bentuk ketakutan yang irasional terhadap sebuah objek. Seseorang bisa mengalami ketakutan irasional meskipun tidak langsung mengalaminya. seperti yang dialami seorang pasien Ratih.

“Pasien saya mengalami fobia lantaran membaca berita kecelakaan pesawat. Dia membayangkan terkurung di dalam pesawat yang terbakar, dan tidak bisa keluar. Kecemasan tinggi tersebut membuatnya takut bahkan menolak naik pesawat,” tukas Direktur Lembaga Personal Growth tersebut.

Perlakuan yang sebaiknya diberikan untuk seseorang yang mengalami fobia terbang dengan pesawat terbang atau aviophobia adalah melalui serangkaian terapi. “Klien-klien saya harus menjalani terapi panjang untuk mengatasi ketakutan mereka,” tutur Ratih.

Cara lainnya adalah dengan membangun akal sehat. “Kita harus membangun akal sehat bahwa musibah bisa terjadi karena faktor-faktor tertentu.”

Setiap penerbangan memiliki kelas berbeda-beda, saran Ratih agar melihat reputasi perusahaan penerbangan. “Airlines dengan reputasi bagus memiliki jaminan keselamatan yang lebih besar,” ungkap psikolog yang mengaku lebih memilih penerbangan mahal tapi keselamatan terjamin itu.  

Naik pesawat untuk sebagian orang masih menjadi momok. Padahal, penelitian menemukan, pesawat terbang adalah transportasi yang paling aman jika dibandingkan dengan transportasi darat. “Angka kematian di jalan raya sangat besar,” katanya.

“Dengan tingkat risiko transportasi udara yang tinggi, juga biaya yang sangat mahal, sehingga semua airlines mewajibkan standar yang tinggi untuk pengemudi pesawat terbang. Zero mistake menjadi standar pilot,” kata Ratih.

Namun, kasus yang kerap terjadi adalah kapasitas kesalahan di luar kuasa manusia, seperti cuaca. (win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER