Jakarta, CNN Indonesia -- Cara yang paling mudah untuk menunjukkan apresiasi orang tua pada anak adalah dengan memberikannya hadiah. Hal ini seolah sudah menjadi tradisi setiap orang tua sebagai insentif atas perilaku anak yang baik, prestasinya di sekolah, atau saat perayaan tertentu. Sulit memang untuk tidak memberikan mereka hadiah atas pencapaian yang sudah mereka lakukan.
Tapi, tahukah Anda ternyata tradisi itu dapat memunculkan sifat materialistik pada anak? Sebuah penelitian yang baru-baru ini dilakukan di Amerika Serikat terhadap 700 orang dewasa menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan masa kecil mereka dengan timbulnya sifat materialistik dalam diri mereka.
Dari hasil survey, ternyata ada tiga kebiasaan orang tua di masa kecil mereka yang memengaruhi tumbuhnya sifat materialistik sampai mereka dewasa. Kebiasaan itu antara lain, memberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan atas capaian sang anak, misalnya ketika sang anak mendapatkan nilai bagus di sekolahnya; memberikan hadiah sebagai untuk menunjukkan kasih sayang pada anak; dan mengambil atau menyita hadiah yang pernah diberikan atau mainan favorit anak dengan tujuan untuk menghukumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Penelitian kami menemukan bahwa anak-anak yang menerima penghargaan berupa materi dari orang tuanya, akan terus menganggap materi sebagai bentuk dari penghargaan dan mereka pun akan terus menghargai dirinya dengan materi-materi yang menurut mereka berharga sebagai bentuk apresiasi diri seiring dengan mereka bertumbuh dewasa,” kata Profesor Marketing dari University of Missourri, yang juga merupakan salah satu peneliti, Marsha Richins.
Anak-anak yang dibesarkan dengan tradisi ini akan terus mempercayai bahwa kesuksesan dalam hidup itu dilihat dari kualitas dan banyaknya materi yang diperoleh. Hal ini juga berarti dalam hidupnya mereka juga akan lebih tertarik dalam mengejar materi belaka.
Orang dewasa dengan sikap yang terlalu materialistik nantinya akan mengalami risiko yang lebih tinggi terhadap perkawinannya, akan kecanduan berjudi, menghadapi masalah keuangan, dan selalu merasa hidupnya tidak sejahtera. Lebih parahnya lagi ia akan menjadi korban lingkungannya seiring dengan konsumerismenya meningkat.
(mer/mer)