Jakarta, CNN Indonesia -- Christopher Daniel Sjarief (22) melajukan mobil tanpa kendali di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Selasa (20/1) kemarin. Di bawah kendalinya, mobil Mitsubishi Outlander tersebut telah menewaskan empat orang terjadi di dua lokasi terpisah.
Lolos dari keroyokan massa, Christopher diamankan pihak kepolisian. Dari hasil pemeriksaan, anak muda yang berada seorang diri di mobilnya tersebut terbukti positif mengonsumsi obat-obatan terlarang. Christopher terbukti mengonsumsi LSD (Lysergic acid diethylamide).
Sudah jamak kita dengar remaja yang terlibat penyalahgunaan narkoba. Psikolog Ratih Ibrahim, meluruskan bahwa tidak hanya remaja, semua orang sebetulnya bisa terlibat penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, diakuinya bahwa remaja adalah golongan masyarakat yang paling banyak memakai narkotika dan obat-obatan terlarang.
“Karakteristik remaja yang ingin mencoba, bereksplorasi membuat mereka lebih rentan mengonsumsi obat-obatan terlarang. Remaja adalah fase di mana manusia sedang membentuk jati dirinya,” kata Ratih saat dihubungi oleh CNN Indonesia pada Kamis (22/1).
Dalam kondisi rapuh, menurut Ratih, siapapun harus mewaspadai lingkungannya. “Ada orang yang bisa memanfaatkan orang-orang tertentu untuk kepentingan dia,” kata Ratih melanjutkan. Pihak yang dimaksud oleh Ratih adalah para pengedar narkoba. “Mereka bisa mengiming-imingi narkoba, karena ingin mencoba akhirnya terjerat.”
Terkait kasus kecelakaan maut dengan pelaku Christopher, psikolog itu menegaskan bahwa Christopher bukan lagi dikategorikan sebagai remaja. “Anak itu umurnya sudah 22 tahun, dia bukan remaja lagi. Dia sudah dewasa.”
Diketahui bahwa Christopher merupakan anak dari salah satu pengusaha swasta di Indonesia. Di lingkungan teman-temannya Christopher dikenal sebagai anak yang pendiam. Kini dia tengah menjalankan kuliah di Amerika Serikat, dan berencana untuk kembali ke AS dalam waktu dekat. Berdasarkan profil Christopher yang diketahui Ratih, psikolog itu tidak yakin jika Christopher adalah pengguna narkoba.
“Dia anak baik-baik, dari keluarga baik-baik, pendidikannya baik, lingkunganya oke, pokoknya yang jelek-jelek enggak ada, tapi mengapa dia bisa mengalami kejadian fatal seperti itu?” ucap Ratih.
“Kemungkinan, meskipun positif, dia bukan pengguna (aktif), tetapi sedang sial saja karena keisengannya yang berakibat fatal.” Kondisi yang rapuh bisa menyebabkan seseorang terpapar karena pergaulan yang salah, kata Ratih menjelaskan.
“Kemungkinan habis party, enggak ada yang tahu apa yang terjadi di sana, keisengan apa yang terjadi di sana. Kita harus berhati-hati dalam setiap pergaulan. Hati-hati, jangan iseng. Kepada siapapun kita harus berhati-hati teman baik sekalipun,” kata Ratih menyarankan.
Namun Ratih menegaskan bahwa dia tidak memihak atau menyalahkan siapapun. “Penjelasan saya bukan untuk membenarkan pelaku,” katanya. Ratih ingin agar masyarakat menyadari bahwa hal tersebut bisa terjadi pada siapapun.
“Agar sebagai masyarakat tahu bahwa potensi anak mengalami hal yang sama bisa terjadi, dan akibatnya sangat fatal.”
Dengan tegas Ratih mengatakan, agar jangan melakukan keisengan yang berbahaya. “Jika sudah tahu potensinya jelek sebaiknya jangan iseng melakukannya,” kata psikolog yang juga merupakan public figure itu.
“Menilik dari latar belakang anak tersebut, saya ragu kalau dia pengguna (aktif), jadi jangan ambil judgement dahulu.”
(win/mer)