Jakarta, CNN Indonesia -- Bayangkan saat Anda berjalan ke restoran lokal, lalu pelayan menyambut dengan menyebut nama Anda. Hal tersebut masih dianggap normal jika mereka sudah mengenal Anda. Namun, bagaimana jika mereka telah mengidentifikasi siapa Anda melalui Google Glass.
Dilengkapi perangkat lunak pengenalan wajah, staf restoran dapat langsung mengingat informasi pribadi pengunjung, pemesanan menu sebelumnya, dan bahkan persyaratan diet mereka.
Setelah pengunjung duduk, mereka harus menunggu sebentar. Restoran seperti Inamo di London memiliki tablet meja untuk menempatkan pesanan makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Baru-baru ini kami melihat teknologi berbasis gestur telah memasuki ranah makan. Seperti perangkat Ibeacons yang mendaftarkan pengunjung ketika mereka duduk di meja, dan memunculkan menu di atas meja,” kata Mandy Saven, kepala bidang makanan, minuman, dan perhotelan di perusahaan inovasi Stylus seperti dilansir dari laman Telegraph.
“Selain itu, pelayan maya akan muncul dari langit-langit saat pelanggan melambaikan tangan di atas meja yang menggunakan sensor Kinect. Pelayan virtual juga dapat memahami selera kuliner pengunjung yang unik serta preferensi makanan mereka.
Meja dengan layar sentuh memungkinkan pelanggan untuk menonton program, memeriksa email, atau bermain game. Perusahaan solusi energi Nth Degree Technologies meramalkan kelak di masa depan 20 tahun mendatang, adalah memungkinkan untuk menempatkan layar televisi di atas kertas.
Coba dulu sebelum membeli“Kekhawatiran terhadap keamanan pangan, kelestarian, dan asal-muasal makanan semakin tinggi, konsumen akan menghargai tingkat transparansi yang lebih besar terhadap bahan makanan,” kata Saven memprediksi.
Harney Sushi di California telah mencetak kode QR di atas kertas nasi menggunakan bahan berbasis air yang dapat dimakan. Saat dipindai, bahan tersebut dapat mengungkap di mana ikan ditangkap, persediaan ikan di laut tersebut saat ini, serta video para nelayan.
Lalu ada teknologi 'lidah elektronik' yang memakai sensor untuk mengukur rasa dan bau. Cara tersebut dianggap ideal untuk mencoba makanan sebelum seseorang memutuskan membeli. Mesin lezat elektronik atau
e-delicious machine diresmikan oleh pemerintah Thailand pada September 2014.
Mesin tersebut dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari makanan Thailand yang dibuat secara buruk.
Kontrol kualitas makanan lain adalah
webcame real-time yang memungkinkan pengunjung berkomunikasi dengan produsen atau koki. Kecanggihan seperti itu sudah bisa ditemukan di restoran sushi Kimitachi di Brasil dan restoran Chef Pass di New York.
Tenaga kerja robot telah berevolusi sebagai prospek nyata karena dapat menghemat waktu dan biaya. Sebuah robot mesin pembuat hamburger sedang dikembangkan oleh perusahaan yang masih merintis Momentum Machines, berbasis di San Fracisco.
Robot tersebut dapat menghasilkan sekitar 400 burger dalam waktu satu jam saja. Penciptanya mengklaim robot dapat menghemat pengeluaran rata-rata restoran sebesar US $ 135 ribu atau Rp 1,7 miliar per tahun.
(win/win)