Bisakah Alergi Disembuhkan?

Rahmi Suci Ramadhani | CNN Indonesia
Rabu, 18 Feb 2015 07:25 WIB
Mudah sekali menemukan orang-orang di sekitar yang memiliki alergi. Prevalensi penyakit alergi di seluruh dunia tercatat mengalami peningkatan.
Ilustrasi alergi (Thinkstock/Wavebreakmedia Ltd)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mudah sekali menemukan orang-orang di sekitar yang memiliki alergi. Prevalensi penyakit alergi di seluruh dunia tercatat mengalami peningkatan.

Menurut data European Declaration on Immunotherapy, alergi merupakan penyakit kronis terbanyak yang menjangkiti anak-anak dan remaja. Alergi dapat datang tiba-tiba akibat tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap zat tertentu yang memicu alergi atau disebut alergen.

Dokter Samduridjal Djauzi, dokter spesialis penyakit dalam - alergi imunologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyebutkan, prevalensi alergi di Indonesia cukup tinggi dan terus meningkat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Persoalannya adalah, berbeda dengan infeksi yang dapat diatasi hingga sembuh, alergi berkepanjangan. Sayangnya, penyakit alergi tidak sebentar dan pada umumnya bahkan seumur hidup," kata Samduridjal dalam bincang-bincang dengan sejumlah awak media di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Reaksi alergi sendiri bisa berbeda-beda pada setiap orang, ada yang alergi di kulit seperti ruam dan eksim, pernapasan seperti asma dan pilek alergi, maupun reaksi yang berat hingga menimbulkan kematian.

Samduridjal merinci, 5 hingga 10 persen masyarakat Indonesia mengalami alergi berupa asma, 20 persen mengalami pilek alergi, dan 5 persen terjangkit alergi kulit.

Secara umum, ada dua faktor penentu atau determinan alergi yakni genetika atau keturunan dan faktor lingkungan atau ekosistem. Bakat alergi diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Meski demikian, alergi dapat timbul ketika tubuh terpapar alergen di dalam lingkungan.

"Apabila ibu menderita alergi maka penurunan faktor alergi mencapai 30 persen ke janin yang kemudian menjadi anaknya. Kalau ibu positif alergi ditambah suaminya alergi maka angkanya jadi lebih tinggi lagi," kata Noroyono Wibowo, dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

Lebih lanjut Zakiudin Munasir, dokter spesialis anak - alergi imunologi di RSCM, menjelaskan bahwa alergi adalah hasil interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Di dalam lingkungan, alergen setiap orang berbeda-beda, mencakup di antaranya makanan, tungau atau debu rumah, bulu hewan peliharaan, hingga obat.

"Sehingga, kondisikan lingkungan jangan sampai sebagai pencetus penyakit alergi. Walaupun tidak dijumpai keluarga dengan bakat alergi akan tetap ada kemungkinan alergi," tutur Zaki.

Ia pun mengatakan, "Bakat alergi tidak bisa disembuhkan tapi gejala alergi bisa kita cegah. Kalau bakat genetika bagaimana bisa sembuh? Kecuali nanti ada rekayasa genetika."


(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER