Jakarta, CNN Indonesia -- Ingin tahu apa rahasia membuat keputusan yang baik? Menurut para ilmuwan, sederhana saja. Yaitu dengan berpura-pura menasihati orang lain.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Psychological Science. Para ilmuwan ingin mencari tahu jawaban atas apa yang dikenal sebagai paradoks Salomo. Salomo adalah Raja dalam Perjanjian Lama atau Old Testament King.
Raja ini dikenal karena kebijaksanaannya, tetapi gagal membuat keputusan yang baik dalam hidupnya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian ini meminta orang-orang yang berusia 20 sampai 40 tahun untuk membayangkan mereka atau seorang teman berselingkuh. Penelitian melaporkan, orang-orang yang menjauhkan diri dari masalah membuat pilihan yang lebih baik.
Pada bagian akhir percobaan, para ilmuwan memeriksa hasil jawaban dari responden berusia 60 sampai 80 tahun. Mereka ingin mengetahui apakah usia memengaruhi perbedaan hasil yang besar. Hasil yang mereka temukan, usia tidak berpengaruh.
“Orang-orang jadi lebih bijaksana saat mempertimbangkan alasan untuk orang lain, daripada saat menalarkan masalah mereka sendiri,” kata para peneliti seperti dilansir dari laman NY Mag.
Selain itu, kami menemukan bahwa menjaga jarak diri akan mengurangi ketidaksimetrisan dalam membuat penalaran bijaksana, sedangkan umur tidak berpengaruh,” tukas para peneliti menyimpulkan.
Penelitian tentang berpikir positifSebelumnya, pernah juga dilakukan penelitian kontroversial. Gabriele Oettinge, profesor dari Universitas New York mengatakan, berpikir positif tidak selalu menuai hasil yang diinginkan.
“Hasil penelitian yang menguji efek pandangan positif di masa depan pada orang-orang yang mengejar berbagai macam keinginan, seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, pulih cepat dari operasi, atau perbaikan karier, kami secara konsisten menemukan orang yang berfantasi positif membuat kemajuan yang sama bahkan kurang dalam mencapai keinginan mereka, dibandingkan mereka yang tidak.”
Berfokus pada tantangan tidak pula membantu, menurut Oettingen. Sebaliknya, dia berpendapat bahwa metode terbaik dalam mencapai tujuan adalah 'mental yang bertentangan'. Yakni, yang menyatukan hal-hal positif tapi dengan pemahaman terhadap kendala-kendala yang dapat timbul.
(win/mer)