Jakarta, CNN Indonesia -- Perhelatan Indonesia Fashion Week (IFW) 2015 menyajikan keragaman kreativitas yang mengeksplorasi konten lokal. Hal ini ditunjukkan lewat penggunaan kain tradisional pada busana yang dipamerkan.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali mengirimkan tiga desainernya untuk unjuk gigi dalam IFW 2015. Ketiga desainer tersebut adalah Rhea Cempaka, Dhevinta Tito dan Katrin Suthajaya.
 Fearless beauty yang diusung Katrin Suthajaya terinpirasi ketangguhan perempuan. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni) |
Rhea Cempaka, mengusung tema Lelakon Dedali, yang dalam bahasa Bali berarti peran bidadari. Rhea mengaplikasikan gambaran bidadari dalam busananya dengan menggunakan kebaya Bali yang dipadukan teknik bordir, kerancang, dan benang prada atau emas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menggunakan tenun ikat Bali (endek) untuk bahan kebaya dan kain bawahannya dan memodifikasi endek bermotif dan endek satu warna. Bawahan kebaya juga memiliki detail bordir,
lace, dan payet. Selain itu, Rhea juga menggunakan endek Denpasar yang memiliki detail bordir di bagian tumpal.
Untuk mempercantik penampilan, kepala para model pun dihiasi aksesori khas Bali. Ada juga beberapa model yang membawa kipas. Beberapa di antara mereka melengkapi keindahan busana dengan memberikan sedikit gerakan khas penari Bali di ujung
runway.
Sedangkan Dhevinta Tito menciptakan busana yang terinspirasi laguna. Oleh karena itu, ia mengusung tema bertajuk Segara Amerta yang berarti laut abadi.
Dhevinta menggambarkan kelembutan laguna dengan menggunakan warna
tosca. Ia memilih warna ungu sebagai penggambaran cantiknya kedalaman laguna.
Ia menggunakan kain tradisional Bali dengan warna senada, dan memadukannya dengan bahan
tile sebagai penggambaran deburan ombak dan angin laut.
Dhevinta memadukan semua bahan dan warna dalam
cocktail dress, casual dress dan
glamorous dress dengan siluet
A-line maupun
I-line. Di beberapa bagian ia juga menambahkan detail bordir dan
patchwork modern untuk menggambarkan taman laut.
Sementara Katrin Suthajaya membuat c
asual dress, cocktail dress, maupun
evening gown yang kebanyakan bersiluet lurus. Katrin membuat kesan seksi dengan mengaplikasikan
cut out pada bagian pinggang. Ia juga menambahan belahan panjang pada gaun-gaun malamnya sehingga memperlihatkan bentuk kaki yang indah.
Katrin menggunakan tenun ikat, kain
chiffon, brokat, dan
tile pada busana-busananya. Ia juga menambahkan aksen payet dan bordir di atas bagian bahan
sheer yang terlihat transparan sehingga aksen tersebut terlihat menempel pada tubuh.
Mengusung tema
fearless beauty, Katrin ingin menunjukkan karakter perempuan yang tangguh dan selalu menjunjung adat tradisional tetapi tetap mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Untuk mendukung temanya, ia menggunakan warna emas,
bronze,
emerald green, cokelat muda, dan hitam.
 Busana karya Dhevinta Tito yang bertajuk Segara Amerta melambangkan keindahan laguna. (CNNIndonesia/Tri Wahyuni) |
Songket Sumatera SelatanMenggandeng desainer Defrico Audy, Eliza Alex Noerdin, ketua Dekranasda Sumatera Selatan menampilkan koleksi busana bertajuk
Kemilau Sriwijaya. Tema ini bertujuan untuk mengangkat khazanah budaya, yaitu kain songket dan modifikasinya.
Defrico menggunakan warna-warna alam seperti hitam, emas, putih, dan perak. Pilihan warnanya membuat tampilan busana karya Defrico terlihat elegan dan anggun
Ia pun mengaplikasikan motif kain songket Sumatera Selatan pada blazer dan gaun. Motif tenun tak hanya diaplikasikan di atas kain, namun dibentuk juga pada corak di lengan.
(vga)