Jakarta, CNN Indonesia -- Sekecil apapun, luka pada kulit tidak boleh disepelekan. Adisaputra Ramadhinara, dokter spesialis luka yang telah tersertifikasi America Board of Wound Management menyebutkan, luka yang tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal, misalnya amputasi.
Menurut penjelasan dokter yang akrab disapa Adi itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena dapat menghambat proses penyembuhan luka. Berikut adalah beberapa penyebab luka sulit disembuhkan.
1. Oksigenisasi jaringanSaat terluka, kulit memiliki mekanisme alamiah untuk membentuk jaringan-jaringan baru hingga luka dapat tertutup alias disembuhkan dengan sempurna. Proses tersebut membutuhkan oksigen yang cukup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, seberapa baik kadar oksigen di jaringan karena oksigen penting untuk pembentukan sel-sel baru penyembuh luka," tutur Adi.
Oleh karena itu, penutup atau pembalut luka (dressing) harus dipilih dengan tepat agar pertukaran gas dan udara tetap lancar.
2. Kekurangan nutrisi"Nutrisi ini penting. Indikatornya salah satunya bagaimana asupan protein, bagaimana asupan mikronutriennya seperti zinc dan vitamin C," kata dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Menurut Adi, pembentukan kolagen yaitu sel pembentuk jaringan kulit baru membutuhkan banyak nutrisi-nutrisi tersebut. Dengan demikian, kekurangan nutrisi dapat menghambat proses penyembuhan luka.
3. Penanganan edemaEdema atau pembengkakan sering mengiringi terjadinya luka. Sebagai contoh, luka akibat kecelakaan umumnya juga disertai tubun yang membengkak akibat benturan atau hantaman yang keras.
Jika tidak ditangani dengan tepat, edema dapat menghambat proses penyembuhan luka. "Karena semakin bengkak, jaraknya semakin tebal sehingga oksigen semakin sulit menembus jaringan di bawah kulit," kata Adi.
4. Kelebihan kadar gula dan lipidJika kadar protein dan mikronutrien amat dibutuhkan orang yang sedang terluka, gula dan lipid atau kolesterol perlu dikurangi.
Kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan luka menjadi semakin kronis sehingga semakin sulit sembuh. Hal inilah yang terjadi pada penderita diabetes. Selain itu, kolesterol juga berbahaya bagi proses penyembuhan luka.
"Semakin tinggi kolesterol, darah semakin kental sehingga alirannya tidak lancar," ujar Adi menjelaskan.
5. TraumaOrang yang sedang terluka harus dijauhkan dari trauma. Gesekan, benturan, hantaman, atau kontak lain yang berlebih pada luka dapat membuat proses penyembuhan kian butuh waktu.
Luka harus dilindungi agar cepat sembuh. Trauma mungkin menyebabkan luka semakin kronis. "Semakin lama luka ada, semakin susah sembuhnya," tandas Adi.
6. Penyakit autoimunMeski sudah terhindar dari berbagai faktor penghambat penyembuhan luka, luka tetap dapat sulit disembuhkan. Contohnya bagi penderita penyakit autoimun atau penyakit yang menyerang sistem imun tubuh lainnya.
"Orang dengan kelainan darah misalnya hemofilia juga akan sulit sembuh dari luka karena darah sulit membeku. Selain itu juga orang-orang dengan penyakit lupus," tutur Adi.
7. Faktor sosio-ekonomikFaktor sosio-ekonomik tak jarang memaksa orang yang sedang terluka untuk tetap bekerja atau beraktivitas. Padahal, aktivitas tertentu dapat memperparah kondisi luka.
"Contohnya ada pasien saya penderita diabetes. Kakinya yang terluka tidak boleh ditekan atau istilahnya off-loading, tetapi dia harus tetap jalan untuk bekerja," kata Adi.
Off-loading dalam konteks luka kaki penderita diabetes merujuk pada upaya mengurangi beban atau tekanan pada daerah yang terluka. Off-loading mencegah trauma lanjutan pada luka sehingga mempercepat proses penyembuhan luka.
8. Faktor psikososialFaktor psikososial juga dapat memperlambat penyembuhan luka. Contohnya, penderita luka harus dihindarkan dari stres.
(utw/utw)