Keamanan berhubungan seksual pada saat hamil selalu menjadi pertanyaan wajib yang dilontarkan oleh ibu hamil kepada dokter. Mereka takut hubungan seksual mengganggu kesehatan janin di dalam rahimnya. Apalagi banyak kabar beredar bahwa sperma dan orgasme bisa memicu kontraksi rahim yang menyebabkan keguguran. Benarkah demikian?
“Anggapan sperma menyebabkan keguguran adalah mitos. Sperma tidak menyebabkan keguguran, tidak ada fakta medisnya,” kata M Nurhadi Rahman, dokter kandungan dari RS Dr Sadjito Yogyakarta saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (11/3).
Dikatakan Nurhadi, jika terjadi keguguran setelah berhubungan seks, itu terjadi karena kondisi awal rahim yang memang sudah lemah. Namun, karena keguguran terjadi setelah berhubungan seksual dengan suami, seringkali seks dijadikan kambing hitam.
“Dari literatur yang saya baca, hubungan seks memang dapat menyebabkan kontraksi palsu pada kehamilan cukup bulan (mendekati waktu persalinan). Namun, kontraksinya diakibatkan orgasme, bukan karena pengaruh sperma,” ujar Nurhadi menjelaskan.
Saat hubungan seks dilakukan pada kehamilan tua mendekati persalinan, orgasme yang terjadi pada ibu hamil dapat memicu keluarnya prostaglandin. Prostaglandin adalah sejenis bahan kimia yang terjadi secara alami dalam tubuh yang mengatur ketegangan otot, termasuk kontraksi dan relaksasi otot. Prostaglandin inilah yang kemudian memicu kontraksi rahim di kehamilan tua.
“Sperma memang juga mengandung prostaglandin. Tapi tidak berpengaruh di tubuh ibu. Yang bisa memicu justru prostaglandin yang dihasilkan oleh tubuh ibu sendiri saat orgasme. Sperma tidak menyebabkan apapun pada kehamilan,” kata Nurhadi menegaskan.
Tapi menurut Nurhadi, tidak setiap orgasme pada ibu hamil dapat memicu kontraksi rahim. Dijelaskannya, prostaglandin membutuh reseptor agar bisa bereaksi. Nah, pada kehamilan muda, tubuh ibu belum menghasilkan reseptor penangkap prostaglandin tersebut. Reseptor baru ada di tubuh ibu saat kehamilan cukup bulan.
“Pada kehamilan ibu yang sehat, tidak ada flek, tidak keputihan, seks normal saja dilakukan. Tapi memang perut ibu yang membesar bisa membuat tidak nyaman. Solusinya, si bapak harus hati-hati memilih posisi, misalnya doggy style atau posisi menyamping,” kata Nurhadi.
Namun Nurhadi mengingatkan, ada beberapa perempuan hamil yang memang dilarang berhubungan seks, terutama yang mengalami kehamilan berisiko tinggi. Biasanya dokter akan melarang ibu hamil berhubungan seks jika mengalami kram perut, flek, ada riwayat keguguran sebelumnya, dan posisi plasenta yang tidak normal.