Jakarta, CNN Indonesia -- Hipertensi atau tekanan darah tinggi pasti sudah tak asing lagi di telinga Anda. Bahkan di antara Anda pasti ada yang menganggap penyakit ini hanya datang sesaat ketika sedang stres atau mengonsumsi makanan tertentu yang dianggap sebagai pemicu.
Kenyataannya, justru mengejutkan. Bahkan penderita hipertensi bisa mengonsumsi obat dalam jangka panjang. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Siska S. Danny mengatakan, obat pada penderita hipertensi efeknya tidak sama dengan obat untuk mengobati flu.
"Obat flu atau pilek itu efeknya mengurangi gejala flu. Berbeda dengan obat hipertensi," kata Siska dalam acara diskusi Pemeriksaan Tekanan Darah untuk Pengelolaan & Deteksi Dini Hipertensi di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (31/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu untuk mengurangi risiko dia mati dalam lima tahun ke depan," ujarnya menambahkan.
Siska menekankan, obat yang diberikan pada pasien hipertensi tanpa gejala biasanya bertujuan untuk mengurangi kemungkinan kematian karena penyakit kardiovaskular. Misalnya saja serangan jantung atau gagal jantung.
Kepatuhan minum obat adalah masalah yang paling besar untuk penanganan hipertensi."Sisca S. Danny, dokter spesialis jantung. |
"Targetnya bukan mengontrol angka tekanan darah, tapi mencegah komplikasi dalam beberapa tahun ke depan," ucap Siska menjelaskan.
Ia melanjutkan, penyakit hipertensi adalah penyakit pembuluh darah. Sedangkan pembuluh darah ada di seluruh tubuh, dari ujung kepala hingga kaki. Akibatnya, hipertensi pun bisa menyerang organ di tubuh manapun. Jadi, penderita hipertensi rentan komplikasi dan bisa mengarah pada kematian.
Tapi, sayangnya, hanya sedikit penderita hipertensi yang menganggap penyakitnya itu berisiko tinggi menyebabkan kematian. Bahkan, mereka dinilai kurang tanggap mengatasi penyakitnya.
"Kepatuhan minum obat adalah masalah yang paling besar untuk penanganan hipertensi," kata Siska. "Padahal hipertensi termasuk penyakit tidak menular yang paling besar untuk terkontrol," ucap Siska melanjutkan
Bagaimana tidak, Siska menjelaskan, pemeriksaan tekanan darah sangat mudah untuk dilakukan. Di setiap klinik atau puskesmas pasti bisa memeriksa tekanan darah.
Belum lagi harga obat yang tergolong sangat murah dan terjangkau. Seharusnya risiko terkena komplikasi pun lebih rendah.
"Orang enggak sadar. Setelah tahu hipertensi, mereka tidak merasa harus minum obat itu jangka panjang padahal merasa enggak ada keluhan," ujar Siska.
Anggapan minum obat dalam jangka panjang itu pula yang membuat orang enggan meminum obat. Pasalnya, mereka menilai minum obat secara terus-menerus akan merusak ginjal. Padahal Siska mengatakan semua itu salah kaprah.
"Namanya obat, potensi efek samping pasti ada," kata Siska. Namun, risikonya ternyata lebih kecil dibanding risiko hipertensi yang ternyata dapat merusak ginjal Anda.
"Risikonya kurang dari 2,5 persen. Kalau hipertensi risikonya bisa sampai 20 persen," ujar Siska menjelaskan.
(win/utw)