Kenali Gejala Nyeri Haid yang Tergolong Tak Wajar

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Rabu, 22 Apr 2015 15:42 WIB
Survei tahun 2009 menemukan sebanyak 72 persen perempuan Indonesia mengalami masalah kewanitaan. Dan 62 persen di antaranya adalah nyeri haid.
Ilustrasi (Thinkstock/9nong)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada hari pertama menstruasi biasanya hampir setiap perempuan merasakan nyeri pada perutnya. Bahkan tak jarang pula yang memilih menghentikan aktivitasnya karena nyeri yang begitu hebat.

Survei tahun 2009 menemukan sebanyak 72 persen perempuan Indonesia mengalami masalah kewanitaan. Dan 62 persen di antaranya adalah nyeri haid.

Rasa nyeri saat menstruasi yang membuat bagian perut dan pinggang terasa begitu sakit rupanya disebabkan adanya proses ilmiah yang terjadi dalam tubuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasa itu muncul ketika tubuh melepaskan hormon prostaglandin yang bekerja merangsang konstraksi otot yang diperlukan untuk meluruhkan dinding rahim.

"Otot rahim mendorong darah kotor turun ke bawah," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Ardiansjah Dara, dalam acara 21 Tahun Kiranti, Sahabat Terbaik Wanita di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (22/4).

Lebih lanjut lagi, Dara mengatakan, nyeri haid atau yang biasa disebut dismenorea ada dua macam, yaitu dismenorea primer dan sekunder.

Dismenorea primer disebabkan faktor intrinsik uterus yaitu dari rahimnya sendiri. "Ini yang biasanya dirasakan kebanyakan. Berhubungan erat dengan adanya ketidakseimbangan hormon steroid seks," ujarnya.

"Dismenorea ini terjadi mulai dari nyeri ringan atau berat pada perut bagian bawah sampai bokong dan sisi medial paha," kata Dara. Selain itu, ada juga gangguan lainnya seperti mual sebanyak 50 persen, 25 persen mengalami muntah dan gangguan buang air besar sebanyak 35 persen.

Bahkan pada kondisi yang berat, orang yang mengalami dismenorea ini bisa kehilangan kesadaran karena pingsan. "Biasanya pingsan gara-gara lemes," Dara menjelaskan.

Yang perlu diingat, dismenorea bukanlah penyakit melainkan hanya gejala. "Bukan penyakit tapi gejala. Biasanya ada pada perempuan usia 15-44 tahun," kata Dara.

Sementara itu, dismenorea sekunder terjadi karena adanya penyakit lain. Biasanya gejala ini terjadi karena ada masalah organik.

"Ada kelainan organ di bagian pelvis. Bisa mioma, kista, adenomiosis (masuknya darah yang meluruh ke dinding rahim), endometriosis (masuknya darah yang meluruh ke dalam perut, dan radang panggul),” ujar Dara menjelaskan.

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja. Sepanjang hidup seorang perempuan. Rasa nyeri yang diakibatkan dismenorea sekunder hanya bisa dihentikan jika penyebabnya diberantas.

"Ini (dismenorea sekunder) minum penghilang nyeri saja enggak cukup. Apalagi kalau tumor, harus operasi," ujar Dara.


(mer/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER