Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus kanker terus meningkat. Di antaranya, hal tersebut karena orang-orang kian sadar melakukan deteksi dini dan diagnosis kanker. Di lain pihak, seperti dilansir dari laman Fox News, jumlah perempuan yang ingin memelihara kesuburan mereka turut melonjak.
Diperkirakan, lebih dari 500 ribu perempuan, berusia antara 20 dan 45 tahun, didiagnosis menderita kanker setiap tahunnya. Kabar baiknya, berkat pemeriksaan awal, 80 persen dari perempuan tersebut memiliki tingkat bertahan hidup lebih dari lima tahun.
Meski begitu, banyak survivor kanker perempuan bertanya-tanya, apakah mereka bisa memiliki anak setelah menyelesaikan pengobatan. Terapi standar untuk berbagai jenis kanker, termasuk operasi, kemoterapi, dan radiasi, semuanya dapat memengaruhi organ-organ reproduksi perempuan, terutama ovarium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manny Alvarez, dari pusat Kesehatan Universitas Hackensack mengatakan, ada beberapa obat kemoterapi, seperti obat golongan alkylating agent, yang untuk sementara sangat efektif dalam membunuh sel-sel kanker. Namun, obat ini juga memiliki efek toksik pada jaringan ovarium.
Radiasi di panggul perut dapat mengganggu menstruasi normal dan memengaruhi fungsi rahim.
Manny mengatakan, “Jika memiliki anak penting untuk Anda, maka Anda harus berbicara dengan dokter tentang bagaimana pengobatan memengaruhi kesuburan. Juga, apa pilihan untuk memelihara kesuburan.”
Berikut adalah empat teknik melestarikan kesuburan, harapan bagi para pasien kanker untuk tetap bisa memiliki keturunan.
Opsi ini telah mendapatkan banyak popularitas selama beberapa tahun terakhir. Prosedur pelestarian kesuburan ini dilakukan tidak hanya oleh pasien kanker, tetapi juga oleh perempuan menunda memiliki anak, dan ingin memulai keluarga di kemudian hari.
Prosedur ini termasuk merangsang ovarium, sel telur lalu dipanen dan dibekukan untuk pembuahan di kemudian hari.
Prosedur ini dilakukan dengan cara stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, dan pembuahan sel telur. Embrio lalu secara kriogenik (temperatur sangat rendah) dibekukan untuk disimpan dan implantasi di kemudian hari untuk menyelesaikan siklus fertilisasi in vitro (IVF).
Pilihan ini sangat populer karena tingkat kelangsungan hidup embrio adalah sekitar 95 persen, tergantung pada usia pasien saat sel-sel telur ditanamkan ke dalam. Prosedur ini memiliki tingkat kelahiran hidup sekitar 42 persen.
Sementara, teknik ini masih dalam tahap percobaan. Prosedur ini melibatkan operasi pengangkatan bagian ovarium dan transplantasi selanjutnya, dengan tujuan mengembalikan fungsi ovarium setelah perawatan.
Hal ini dilakukan sebelum pengobatan dimulai, operasi reposisi ovarium dilakukan untuk menjauhkan ovarium dari medan radiasi.
Donor sel telur dan embrio juga pilihan bagi sebagian perempuan yang telah menyelesaikan pengobatan. Kuncinya adalah memahami jenis kanker yang dimiliki, terutama pasien kanker payudara. Perlu diketahui apakah kanker sensitif terhadap hormon yang akan berdampak pada kehamilan di masa depan.