Jakarta, CNN Indonesia -- “
Pokoe maknyus!” Jargon ini akrab dengan Bondan Winarno. Saat membawakan sebuah program kuliner di sebuah stasiun televisi, Bondan harus memberikan ungkapan yang menilai kelezatan santapan tersebut. Hilir mudik mencicipi kelezatan Nusantara dan memberikan rekomendasi, ada satu hal yang sampai kini belum terwujud bagi Bondan.
“Selama ini kalau bisa dibilang dakwah saya itu kan makan enak. Tapi setiap kali, saya mau ngomong di balik makan enak itu ada rohnya, rohnya itu adalah gizi,” kata Bondan saat ditemui di peresmian sebuah pusat kuliner di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Kamis (23/4).
Namun, setiap kali Bondan ingin berbicara tentang gizi, dia terhalang oleh industri media “Orang enggak peduli gizi, orang maunya kamu bilang makyus saja. Nah itu sebetulnya saya benci sekali,” ucapnya mengungkapkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, Bondan berkata, dia hanya bisa mengatakan, ayo makan-makanan enak. “Tapi saya belum berhasil mengatakan, ayo kita makan-makanan sehat.”
Tak cuma itu, Bondan sampai bosan menjawab satu pertanyaan yang seringkali ditanyakan orang-orang. “Setiap kali orang mengatakan, 'eh bapak itu setiap hari makannya kaya gitu kok enggak kolesterol, kurus?”
Bondan mengaku, dia agak jengah juga dengan pertanyaan itu. Namun, memang tidak semua orang mengerti tentang bagaimana proses produksi sebuah program televisi, jadi ya tidak bisa disalahkan.
Bondan mengatakan, orang-orang tersebut tidak sadar bahwa saat membawakan program kuliner di televisi, dia bekerja hanya lima hari dalam satu bulan. “Jadi saya makan seperti itu ya cuma lima hari.” Artinya, lanjut Bondan, “Setiap bulan saya punya 25 sampai 26 hari makan normal.”
Saat di rumah, Bondan mengaku, dia selalu mengonsumsi makanan sehat. “Jangan harap ketemu gula di rumah saya,” katanya. Namun, jika sesekali bertemu dengan minuman lezat seperti es cendol elizabeth, lelaki 64 tahun ini tidak akan menolaknya. Sesekali tidak apa-apa katanya.
Jadi, keinginan Bondan yang ingin diwujudkannya adalah membuat orang Indonesia sadar, makan enak harus dilandasi pengertian tentang gizi, jika tidak kita tidak akan sehat, katanya.
Bondan miris dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk berpenyakit gula tertinggi keempat di dunia. Orang Indonesia terlalu banyak mengonsumsi nasi menurutnya. Padahal, nasi mengandung gula yang sangat banyak.
“Saya sendiri menjadi komisaris suatu perusahaan yang bisnis terbesarnya adalah beras, tapi saya enggak keberatan ngomong seperti itu,” katanya. Bondan ingin agar orang Indonesia lebih pintar. “Bukannya saya melakukan demarketing terhadap beras. Loh kita butuh beras untuk makan rendang yang enak.”
Namun, carilah beras yang baik, dan konsumsi beras dalam jumlah yang dibutuhkan, jangan berlebihan, katanya menganjurkan.
(win/mer)