Jakarta, CNN Indonesia -- Anak perempuan lebih lambat terdiagnosis autisme dari anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena gejala pada anak perempuan yang biasanya berbeda dan lebih ringan, berdasarkan penemuan para ahli pada pertemuan tahunan Pediatric Academic Societies di San Diego, California, Amerika Serikat.
Para peneliti di Kennedy Krieger Institute di Baltimore mengatakan, seperti dilansir dari laman resminya, keterlambatan dalam diagnosis bisa disebabkan karena anak perempuan menderita gejala yang tidak mudah dikenali. Mereka menemukan adanya perbedaan mencolok pada kondisi anak-anak yang terdeteksi.
Paul Lipkin, penulis penelitian dan direktur Institut Jaringan Jaringan Autisme Interaktif mengatakan, “Penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan dengan gangguan spektrum autisme, juga mungkin perempuan lebih tua dengan gangguan ini, memiliki gejala dan perilaku kunci berbeda terutama di dalam interaksi sosial.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peneliti memeriksa 50 ribu individu yang memiliki gangguan spektrum autisme (ASD) dari data lembaga Network Registry untuk sampai pada kesimpulan mereka tersebut.
Dari semua, 5.103 responden telah menyelesaikan Skala Responsif Sosial untuk mengidentifikasi keberadaan dan tingkat keparahan gangguan sosial mereka.
Para ilmuwan mencatat bahwa anak-anak perempuan yang terdiagnosis gangguan perkembangan pervasif ASD, yang berdampak pada perkembangan banyak keterampilan dasar, terjadi saat usia rata-rata empat tahun.
Sementara anak laki-laki terdiagnosis pada usia 3,8 tahun. Tren ini juga ditemukan pada anak perempuan yang didiagnosis dengan sindrom asperger, anak perempuan terdiagnosis pada usia rata-rata 7,6 tahun, sementara anak laki-laki pada usia 7,1 tahun.
Sementara, anak laki-laki menunjukkan tingkah laku yang lebih parah, termasuk perilaku repetitif, misalnya mengepakkan tangan, serta perhatian yang sangat terbatas. Anak laki-laki, berusia sepuluh sampai 15 tahun, memiliki lebih banyak kesulitan untuk mengenali isyarat-isyarat sosial dan kesulitan penggunaan bahasa dalam situasi sosial, kata para peneliti.
Mereka mencatat adanya peningkatan anak perempuan yang terdiagnosis ASD dari 2006 ke 2009 sampai 2010 ke 2013. Dikatakan Lipkin, peningkatan ini bisa jadi karena kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Dengan fakta tersebut, metode pemeriksaan dan strategi pengobatan perlu dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing gender.
(win/mer)