Jakarta, CNN Indonesia -- Obesitas pada anak sudah menjadi salah satu tantangan kesehatan publik global. Tanda-tanda sebenarnya sudah terlihat sejak era 1990-an. Kala itu, satu dari sepuluh anak di Inggris mengalami obesitas saat baru memasuki usia sekolah.
Kegemukan dapat membahayakan kesehatan anak seumur hidupnya kelak. Namun, orang tua sering kali mengelak dan mengatakan bahwa lahapnya sang anak menunjukkan bahwa buah hatinya sehat.
Berikut adalah beberapa cara mencegah obesitas pada anak seperti dilansir
The Guardian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makanan yang dimakan ibu saat hamil dapat dideteksi melalui cairan pembungkus bayi. Saat berusia 15 minggu, fetus merespons rasa. Jika cairan berasa manis, bayi akan menelannya.
Hal ini membuat bayi responsif terhadap rasa. Karena itu, sangat penting bagi perempuan hamil untuk mengonsumsi makanan sehat.
Sebagai tambahan, perempuan hamil yang melangsingkan dirinya sendiri, tidak merokok, dan berat badan tidak bertambah terlalu banyak saat hamil juga mengurangi potensi obesitas anak.
Air susu ibu tidak lebih manis dari susu formula. Jenis susu dan cara menyusui dapat membantu mengembangkan pola makan sehat.
Anak yang disusui oleh ibunya dapat meregulasi makanan lebih baik dan memiliki risiko obesitas lebih kecil. Salah satu studi menunjukkan, anak yang meminum ASI lebih langsing ketimbang yang mengonsumsi susu formula.
Terlepas dari ASI atau susu botolan, jika bayi sudah menunjukkan tanda-tanda kekenyangan, menyusui dapat dihentikan. Mengawasi berat badan adalah sistem pantau obesitas paling baik.
Bayi menangis, anak-anak merengek dan mengatakan bahwa mereka lapar. Namun, mereka tidak selalu membutuhkan makanan.
Bayi menangis karena berbagai alasan, seperti kelelahan, pakaian kotor, angin, kepanasan atau kedinginan, butuh pelukan, atau bahkan hanya sekadar bosan.
Terkadang, distraksi diperlukan dan hindari merespons semua tanda-tanda tertekan dengan memasukkan makanan ke mulut anak.
Jika makanan padat pertama yang diperkenalkan kepada bayi adalah buah manis, akan sulit bagi anak untuk menerima rasa pahit. Namun, ada kesempatan untuk memperkenalkan makanan pahit saat bayi berusia empat hingga tujuh bulan karena mereka merespons semua rasa.
Namun, para ahli tidak menganjurkan pemberian makanan padat sebelum bayi menginjak usia empat bulan. Bukti otentik menunjukkan bahwa mengunyah di usia kurang dari empat bulan dapat menimbulkan risiko obesitas.
Penelitian menunjukkan, butuh waktu lima sampai sepuluh kali percobaan rasa hingga bayi dapat menerima. Namun, orang tua tidak boleh putus asa saat memperkenalkan rasa sayuran.
Menurut Profesor Marion Hetherington, jika seorang anak diperkenalkan sayuran saat belum menginjak usia dua tahun, kemungkinan besar mereka akan menyukai sayur saat tumbuh. Konsumsi sayur dapat mencegah obesitas.
Dokter Michelle Lee dari Universitas Swansea mengatakan bahwa bayi harus dibiasakan memakan makanannya sendiri dari umur enam bulan.
"Dengan pendekatan bimbingan makan sendiri, orang tua melaporkan bahwa anak mereka akan berhenti makan saat mereka sudah merasa kenyang dan dapat, untuk itu, menghindari kelebihan makan dan kelebihan berat badan nantinya," katanya.
Perhatikan selalu pertumbuhan berat badan anak. Di Inggris, ada panduan waktu baku pertumbuhan. Namun, salah satu penelitian mengatakan bahwa panduan tersebut harus diubah setahun sekali.
Perubahan lebih lanjut dapat dilakukan berdasarkan beberapa rujukan. Program pengukuran berat badan dapat berubah saat anak meninggalkan bangku sekolah dasar.
Beberapa orang tua terkadang kecewa dengan berat badan anaknya yang menurun. Namun, orang tua harus menyadari bahwa pola makan keluarga juga berpengaruh terhadap obesitas anak.
Makan cukup bukan berarti kurang nutrisi. Jika orang tua sudah paham mengenai hal tersebut, mereka harus memerhatikan agar anaknya juga cukup bergerak.
Anak-anak harus aktif bergerak setidaknya tiga jam sehari, termasuk kegiatan seperti berlari dan menangkap bola.
Anak di atas umur lima tahun harus menghabiskan waktu setidaknya satu jam perhari untuk bersepeda atau berlari. Tiga hari sepekan, mereka juga harus melakukan olahraga yang mengencangkan otot.