Jakarta, CNN Indonesia -- Melakukan perjalanan keliling dunia bukanlah perkara mudah. Hanya segelintir orang yang mampu melakukannya, terlebih melalui jalur udara. Tapi siapa sangka, justru pensiunan pilot asal Mekah, Arab Saudi, Kapten Sami Raffa yang dapat mewujudkan mimpi tersebut.
Pria berusia 70 tahun ini sebelumnya sempat bekerja di Saudi Airlines selama 37 tahun. Merunut karier terbang yang sudah dijalankan selama 55 tahun, bukan hal yang aneh kalau jalur udara jadi cara yang dipilihnya untuk mewujudkan mimpi keliling dunia.
Dalam salah satu misi keliling dunianya, Sami menyempatkan diri menyambangi Jakarta. Kapten Sami juga mengaku sudah mendarat di Jakarta ribuan kali, setidaknya sekali dalam sebulan. Dan beberapa waktu lalu, saat ia di Jakarta CNN Indonesia berkesempatan untuk berbincang dengannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diceritakan Sami, kariernya di udara sudah dimulai sejak medio 60-an. Namun, cita-cita untuk mengelilingi dunia mulai membayangi saat masa pensiunnya datang.
Untuk mewujudkan mimpinya, ia pun melakukan berbagai cara untuk mendapatkan dana dan sponsor. Sayang, upayanya Kegagalan mendapatkan dana dan sponsor tidak membuatnya patah arang. Sempat terlintas dalam benaknya untuk menjual Mooney M20R (buatan tahun 1995) miliknya, saat kucuran dana tak kunjung datang.
"Saya gagal mendapatkan sponsor kemudian saya menyerah, saya ingin menjual pesawat saya dan berpikir akan berlayar saja. kemudian telepon saya berdering, (Yousef Abdul) Latif Jameel berkata, 'Jangan kau jual pesawat itu, saya ingin mendukungmu.' Dimulai dari telepon itu saya memodifikasi pesawat tersebut untuk dapat menempuh jarak yang jauh," ujar mantan pilot Boeing 747 ini.
Yousef Abdul Latif Jameel adalah pendiri Abdul Latif Jameel Real Estate Investment Company dan pengelola Anjum Hotel. Jameel pun bersedia menjadi sponsor perjalanan Sami untuk berkeliling dunia lewat kampanye Anjum Dreams-nya.
"Kapten Sami telah bertahun-tahun bermimpi untuk melakukan penerbangan keliling dunia. Kisahnya yang menggugah semangat dan dedikasi yang ia tunjukkan sangat menginspirasi. Kami sangat senang dapat menjadi bagian dari mimpi Kapten Sami," kata Jameel.
Diungkapkan Sami, keinginannya keliling dunia tidak bertujuan untuk memecahkan rekor apa pun. Baginya, ini adalah sebuah tantangan personal.
Sami menyebut misinya sebagai 'trip of gratitude.' Ssalah satu alasannya melakukan perjalanan membelah bumi ini adalah untuk berucap terima kasih pada mereka yang berjasa dari hari pertamanya terbang hingga sekarang.
Perjalanannya pun dipersiapkan selama delapan tahun lamanya. Memang, tak mudah mempersiapkan perjalanan berisiko tinggi dan rumit ini. Demi kelancaran penerbangan, sekalipun sudah berpengalamanan, namun ia tetap berkonsultasi pada 100 pilot yang sudah pernah melakukan perjalanan serupa.
"Selama melewati Amerika Serikat kami akan mengunjungi National Test School Pilot di Gurun Mojave untuk berterima kasih, karena saya mempelajari sebagian besar hal-hal mengenai penerbangan di sekolah itu," ucap Kapten Sami.
Dalam perjalanannya Kapten Sami tidak sendirian, dari kota Winnigen, Jerman hingga Istanbul, Turki dia ditemani Ralph Eckhardt sebagai safety pilot. Kemudian dari Istanbul hingga Australia, Peter Luthaus akan menjadi safety pilot-nya. Setelah itu dari Australia hingga kembali ke Jerman, Peter akan digantikan Ralph lagi.
"Saya sebenarnya tidak mempunyai banyak persiapan untuk perjalanan ini karena 'safety pilot' sebelumnya tidak bisa melanjutkan penerbangan. Setelah Kapten Sami tiba di Istanbul dan perjalanannya tertahan, saya pikir bagaimana cara membantu dia agar dapat melanjutkan perjalanannya," kata Peter Luthaus menjabarkan.
"Tidak mudah untuk mencari pilot berpengalaman untuk perjalanan semacam ini. Ketika saya sedang mengurus sekolah penerbangan di Jerman, saya berujar kepada 'safety pilot' sebelumnya agar saya bisa melanjutkan setengah dari perjalanan ini."
Pria yang besar di Austria, Swiss dan Mesir ini pun mengungkap alasannya tidak terbang sendiri. Menurutnya faktor risiko bisa diminimalisir dengan adanya safety pilot. Belum lagi umurnya yang tidak lagi muda berisiko melupakan atau mengacuhkan hal-hal yang terjadi di dalam mesin atau kabin.
"Dalam perjalanan kami, pesawat ini kira kira mendarat sekitar 22 kali di 7 atau 8 negara berbeda, namun kondisi penerbangan mungkin mengharuskan saya untuk mendarat lebih banyak dari yang diperkirakan, tapi ini masih tentatif," jelas Kapten Sami.
Kapten Sami dan para safety pilotnya terbang dengan pesawat Mooney M20R yang sudah dimodifikasi sehingga mampu mencapai jarak 4300 mil laut/7900 kilometer selama 18 jam non-stop. Modifikasi pesawat lanjutan ini akan dilakukan di Australia. rencananya kapten Sami akan mengganti tangki bensin ke ukuran yang lebih besar.
Ini dilakukan karena menurut keterangan Kapten Sami, tidak semua bandara pemberhentian menjual avgas. Contohnya adalah di beberapa pulau di Pasifik harus menunggu beberapa minggu untuk bisa mendapatkan avgas. Ini juga yang memaksanya melewati rute ke timur, yaitu Dubai, Oman, Sri Lanka, Malaysia, Indonesia, Australia, Hawaii, Amerika Serikat, Kannada, Islandia dan kembali ke Jerman. Rute timut ini juga merupakan rute yang disarankan oleh 100 pilot lainnya.
"Saya akan melewati pasifik dan mendarat di Hawaii kemudian Oakland atau Long Beach. perjalanan tersebut akan memakan waktu sekitar 14 jam. setidaknya kami butuh avgas lebih karena ketika kami tidak bisa mendarat, kami bisa mengalihkan pendaratan ke bandara lain," kata Kapten Sami.
Dia ingin menghindari muson yang menghampiri Indonesia dan asia tenggara di sekitar bulan Juni, walaupun dirinya menyadari bahwa angin itu bisa saja datang dua atau tiga minggu lebih awal. Pada penerbangan mengitari bumi ini Kapten Sami dan para safety pilot hanya memiliki waktu istirahat yang sedikit. Walau demikian, selama penerbangan mereka tetap banyak melakukan gerak badan, yang setidaknya memperlancar aliran darah.
Hambatan lain yang ditemui mereka adalah jet lag dan ketersediaan avgas. Belum lagi, pesawat ini juga butuh perawatan. Pesawatnya harus dirawat oleh mekanik sesuai standar Amerika Serikat, karena selain mereka tidak ada yang boleh memeriksa pesawat bikinan Negeri Paman Sam tersebut.
Meski banyak hambatan yang akan ditemui diperjalanannya, namun Kapten Sami yakin akan mencapai tujuannya.
"Ketika kita melakukan penerbangan dengan skala ini pasti kita akan menemui masalah, tapi dengan pengetahuan yang cukup dan tanpa rasa takut hal itu akan bisa dilewati. Dalam terbang Anda harus punya kemampuan analitis yang baik, ingatan yang bagus dan tidak sedikit pun rasa takut," ucapnya Kapten Sami menjelaskan.
Usai berkeliling dunia, mimpi Sami tak lantas langsung padam. Ia tak akan duduk santai dan menikmati masa pensiunnya. Lebih dari itu, pengalaman berkeliling dunianya lantas jadi cambuk untuk bisa melanjutkan petualangan sebelum akhirnya benar-benar menikmati masa santainya.
Setelah perjalanan ini usai, ia masih punya rencana besar. Ia punya rencana untuk terbang ke titik tepat utara Bumi.
"Setelah proyek ini, perjalanan saya akan lebih sulit. Saya akan bertolak dari Jerman menuju Kutub Utara di bulan Juni," ucapnya.
"Tahun lalu (2014), saya sudah mencoba untuk terbang ke Kutub Utara tapi terhalang oleh erupsi vulkanik di Islandia. Wilayah udara mereka diblok oleh debu vulkanik dan hal itu bisa merusak pesawat saya," katanya sambil mengenang perjalanannya.
Nampaknya, Kutub Utara adalah 'pelabuhan' terakhir yang dimimpikan Sami. Setelah ke Kutub Utara, ia mengaku akan menjual pesawatnya. "Dan saya akan pergi memancing," ujarnya.
Lewat perjalanan dan mimpi besarnya, Sami hanya berharap bisa menginspirasi banyak orang. "Saya berharap, dengan bantuan Tuhan, saya dapat menginspirasi orang lain dengan menunjukkan bahwa berapapun usia Anda atau dari mana Anda berasal, Anda dapat mewujudkan impian Anda menjadi kenyataan."